Ayat Alquran Ini Jadi Prinsip Berinteraksi dengan Non-Muslim, Berikut Penjelasannya

Islam tidak melarang berinteraksi dengan non-Muslim

Republika/Wilda Fizriyani
Ilustrasi interaksi dengan non-Muslim. Islam tidak melarang berinteraksi dengan non-Muslim
Rep: Muhyiddin Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Umat Islam hendaknya berbuat baik pada sesama manusia meskipun berbeda keyakinan. 

Baca Juga


Lalu bagaimana seharusnya umat Islam menjalin huhungan dengan non Muslim? Apakah Alquran menganjurkan penganiayaan terhadap non-Muslim? 

Mengenai perilaku umat Islam terhadap non-Muslim, setidaknya ada dua ayat Alquran yang menjadi prinsip. Pertama, Allah SWT berfirman dalam Surat al-Mumtahanah ayat 8: 

 لا يَنْهاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذينَ لَمْ يُقاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَ لَمْ يُخ ْرِجُوكُمْ مِنْ دِيارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَ تُقْسِطُوا إِلَيْهّْ إِنَ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطينَ

Artinya: "Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil."

Dalam Tafsir Tahlili Kementerian Agama (Kemenag) RI dijelaskan bahwa, terdapat sejumlah riwayat yang menjelaskan ayat di atas. Antara lain, diriwayatkan bahwa Ahmad bin Hanbal menceritakan kepada beberapa imam yang lain dari ‘Abdullah bin Zubair, ia berkata, “Telah datang ke Madinah (dari Makkah) Qutailah binti Abdul Uzza, bekas istri Abu Bakar sebelum masuk Islam, untuk menemui putrinya Asma' binti Abu Bakar dengan membawa berbagai hadiah.

Namun, Asma' enggan menerima hadiah itu dan tidak memperkenankan ibunya memasuki rumahnya. Kemudian Asma' mengutus seseorang kepada ‘Aisyah agar menanyakan hal itu kepada Rasulullah SAW . Maka turunlah ayat ini yang membolehkan Asma' menerima hadiah dan mengizinkan ibunya yang kafir itu tinggal di rumahnya.” 

Jadi, Allah SWT tidak melarang orang-orang yang beriman berbuat baik, mengadakan hubungan persaudaraan, tolong-menolong, dan bantu-membantu dengan orang musyrik selama mereka tidak mempunyai niat menghancurkan Islam dan kaum Muslimin, tidak mengusir kaum Muslimin dari negeri-negeri mereka, dan tidak pula berteman akrab dengan orang yang hendak mengusir itu.

Ayat ini memberikan ketentuan umum dan prinsip agama Islam dalam menjalin hubungan dengan orang-orang yang bukan Islam dalam satu negara. 

Kaum Muslimin diwajibkan bersikap baik dan bergaul dengan orang-orang kafir, selama mereka bersikap dan ingin bergaul baik, terutama dengan kaum Muslimin.

Seandainya dalam sejarah Islam, terutama pada masa Rasulullah SAW dan masa para sahabat, terdapat tindakan kekerasan yang dilakukan oleh kaum Muslimin kepada orang-orang musyrik, maka tindakan itu semata-mata dilakukan untuk membela diri dari kezaliman dan siksaan yang dilakukan oleh pihak musyrik.

Di Makkah, Rasulullah SAW dan para sahabat disiksa dan dianiaya oleh orang-orang musyrik, sampai mereka terpaksa hijrah ke Madinah. Sesampai di Madinah, mereka pun dimusuhi oleh orang Yahudi yang bersekutu dengan orang-orang musyrik, sekalipun telah dibuat perjanjian damai antara mereka dengan Rasulullah SAW. 

Oleh karena itu, Rasulullah SAW terpaksa mengambil tindakan keras terhadap mereka. Demikian pula ketika kaum Muslimin berhadapan dengan kerajaan Persia dan Romawi, orang-orang kafir di sana telah memancing permusuhan sehingga terjadi peperangan.

Jadi ada satu...

 

Jadi ada satu prinsip yang perlu diingat dalam hubungan orang-orang Islam dengan orang-orang kafir, yaitu boleh mengadakan hubungan baik, selama pihak yang bukan Islam melakukan yang demikian pula. Hal ini hanya dapat dibuktikan dalam sikap dan perbuatan kedua belah pihak.

Di Indonesia prinsip ini dapat dilakukan, selama tidak ada pihak agama lain bermaksud memurtadkan orang Islam atau menghancurkan Islam dan kaum Muslimin.

Selanjutnya, ayat Alquran yang menjadi prinsip bagi umat Islam dalam menjalin hubungan dengan non-Muslim adalah surat al-Mumtahanah ayat 9, di mana Allah SWT berfirman: 

اِنَّمَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ قَاتَلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَاَخْرَجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوْا عَلٰٓى اِخْرَاجِكُمْ اَنْ تَوَلَّوْهُمْۚ وَمَنْ يَّتَوَلَّهُمْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ

Artinya: "Sesungguhnya Allah hanya melarangmu (berteman akrab) dengan orang-orang yang memerangimu dalam urusan agama,  mengusirmu dari kampung halamanmu, dan membantu (orang lain) dalam mengusirmu. Siapa yang menjadikan mereka sebagai teman akrab, mereka itulah orang-orang yang zalim."

Menukil Tafsir Tahlili Kemenag, dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah SWT hanya melarang kaum Muslimin bertolong-tolongan dengan orang-orang yang menghambat atau menghalangi manusia beribadah di jalan Allah SWT , dan memurtadkan kaum Muslimin sehingga ia berpindah kepada agama lain, yang memerangi, mengusir, dan membantu pengusir kaum Muslimin dari negeri mereka. Dengan orang yang semacam itu, Allah SWT dengan tegas melarang kaum Muslimin untuk berteman dengan mereka.

Baca juga: Alquran Sebut Langit Tercipta Hingga 7 Lapisan, Begini Penjelasan Ilmiahnya

Di akhir ayat ini, Allah SWT juga mengingatkan kaum Muslimin yang menjadikan musuh-musuh mereka sebagai teman dan tolong-menolong dengan mereka, bahwa jika mereka melanggar larangan ini, maka mereka adalahorang-orang yang zalim.

Sedangkan dalam Tafsir Al-Mukhtashar, Imam Masjidil Haram Syekh Shalih bin Abdullah bin Humaid menjelaskan, sesungguhnya Allah SWT hanyalah melarang kalian dari orang-orang yang memerangi kalian karena keimanan kalian dan mengusir kalian dari rumah-rumah kalian dan membantu untuk mengusir kalian, Allah SWT melarang kalian untuk menjadikan mereka sebagai teman setia. 

 

Barangsiapa di antara kalian menjadikan mereka teman setia maka mereka adalah orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri dengan meletakkan dirinya pada sumber-sumber kehancuran disebabkan karena membangkang kepada perintah Allah SWT.

Tiga Orang Non-Muslim yang Dipuji Nabi - (Data Republika)

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler