AS Serukan Diplomasi untuk Hadapi Ketegangan di Lebanon
Israel dan Hizbullah, telah saling baku tembak sejak 7 Oktober 2023.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINHGTON -- Amerika Serikat (AS) pada Selasa (27/2/2024), menyerukan fokus pada diplomasi untuk menyelesaikan ketegangan di Lebanon, setelah Israel memperingatkan bahwa mereka akan mengejar Hizbullah bahkan jika mereka mencapai gencatan senjata di Gaza.
“Kami tidak ingin melihat kedua pihak meningkatkan konflik di wilayah utara,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller kepada wartawan, dikutip dari Alarabiya. Pemerintah Israel, Miller menjelaskan, telah menyatakan secara terbuka, dan mereka telah meyakinkan kami secara pribadi, bahwa mereka ingin mencapai jalur diplomasi. “Itulah yang akan terus kami kejar dan, pada akhirnya, hal itu akan membuat tindakan militer tidak diperlukan lagi,” ujarnya.
Miller menambahkan, Israel menghadapi ancaman keamanan yang nyata dengan ribuan orang yang meninggalkan rumah mereka di dekat Lebanon, dan menyebutnya sebagai masalah sah yang perlu ditangani.
Israel dan Hizbullah, gerakan Syiah Lebanon yang didukung oleh Iran, telah saling baku tembak sejak 7 Oktober 2023, ketika kelompok militan Palestina Hamas melakukan serangan besar di Israel. Sebagai pembalasan, Israel melancarkan operasi militer tanpa henti di Gaza yang dikuasai Hamas. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya perang habis-habisan.
Israel pekan ini juga menyerang posisi Hizbullah jauh di dalam wilayah Lebanon. Pada Ahad (25/2/2024), Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan tidak akan ada penghentian tindakan Israel terhadap Hizbullah bahkan jika diplomasi yang sedang berlangsung berhasil mencapai gencatan senjata di Gaza dan pembebasan sandera yang disita pada 7 Oktober 2023.
Prancis, dengan dukungan AS, telah mendorong rencana di mana Hizbullah dan pejuang sekutunya akan mundur sekitar 12 kilometer dari perbatasan dan Israel akan menghentikan serangan.