Pendarat Bulan Jepang Jalin Kembali Kontak dengan Pengendali di Bumi Usai Tidur Panjang

SLIM berhasil melewati malam bulan yang sangat dingin selama dua pekan.

JAXA
Gambar mosaik permukaan bulan yang ditangkap oleh Multiband Spectroscopic Camera (MBC) yang terpasang pada wahana pendarat bulan SLIM Jepang segera setelah mendarat pada 19 Januari (kiri) dan setelah listrik menyala kembali sekitar 10 hari kemudian (kanan). Saat arah matahari berubah dari timur ke barat, bayangan di permukaan bulan pun ikut berubah.
Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendarat bulan Jepang, Smart Lander for Investigating Moon (SLIM) telah menjalin kembali kontak dengan pengendali-pengendali misinya di Bumi. Ini mengonfirmasi bahwa mereka telah berhasil melewati malam bulan yang sangat dingin selama dua pekan. 

Baca Juga


Dilansir Digital Trends, Rabu (28/2/2024), SLIM mencapai bulan pada Januari. Ini yang pertama bagi Jepang karena menjadi negara kelima yang mencapai pendaratan lunak di permukaan bulan. Namun segera diketahui bahwa SLIM telah terguling saat mendarat, membuat tim di Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) bertanya-tanya apakah misi tersebut dapat dilanjutkan. 

Setelah pemadaman singkat segera setelah mendarat, JAXA melakukan kontak singkat dengan SLIM, di mana pendarat tersebut mengirimkan beberapa gambar kembali ke Bumi. Namun saat sinar matahari menjauh dari panel-panel surya pendarat, ia kembali kehilangan daya saat memasuki malam bulan yang panjang. 

Tim tidak yakin apakah SLIM akan bertahan dalam periode dingin yang hebat ini, namun pada Senin (26/2/2024), mereka sangat gembira saat mengetahui bahwa pendarat telah berhasil. 

“Tadi malam, sebuah perintah telah dikirim ke SLIM dan tanggapan diterima, mengonfirmasi bahwa pesawat ruang angkasa tersebut telah berhasil melewati malam bulan dan mempertahankan kemampuan-kemampuan komunikasinya,” kata JAXA dalam sebuah postingan di media sosial. 

JAXA menambahkan, “Komunikasi dengan SLIM terputus setelah beberapa saat, karena saat itu masih tengah hari di bulan dan suhu peralatan komunikasi sangat tinggi. Persiapan-persiapan sedang dilakukan untuk melanjutkan pengoperasian ketika suhu-suhu instrumen sudah cukup dingin.” 

Artinya, misi tersebut mungkin dapat mencapai lebih banyak tujuannya, termasuk melakukan “pengamatan-pengamatan spektroskopi resolusi tinggi” setelah kondisi membaik. 

Namun tujuan-tujuan utama misinya telah tercapai, yaitu mendemonstrasikan teknologi baru untuk pendaratan-pendaratan  presisi. Meskipun pendaratan tidak berjalan sesuai rencana, akurasi pendaratan SLIM dapat dianggap berada dalam jarak 10 meter. 

Itu menunjukkan akurasi yang jauh lebih besar daripada yang ditawarkan oleh teknologi yang digunakan oleh misi-misi bulan sebelumnya, yang menargetkan zona pendaratan beberapa mil. 

Pendaratan lunak SLIM di bulan menempatkan Jepang dalam kelompok elit yang mencakup Amerika Serikat (AS), Rusia, Cina, dan India. Dalam hari terakhir, AS juga mencetak rekor baru ketika misi Intuitive Machines yang berbasis di Texas menjadi upaya komersial pertama yang mendarat di permukaan bulan. Namun, seperti SLIM, pendaratannya tidak sempurna, dan misi tersebut diperkirakan akan berakhir lebih awal dari yang direncanakan. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler