30 Ribu Tentara Israel Alami Gangguan Mental Sejak Genosida

Korps Medis tentara Israel berencana meresmikan pusat kesehatan mental baru.

AP Photo/Leo Correa
Seorang tentara Israel mempersiapkan drone untuk diluncurkan di dekat perbatasan Israel-Gaza, Israel selatan, Selasa, (9/1/2024).
Rep: Umar Mukhtar Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Sebanyak 30 ribu tentara Israel dilaporkan telah menghubungi hotline kesehatan mental sejak pecahnya perang di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023. Hal ini disampaikan dalam pernyataan militer Israel terkait masalah kesehatan mental yang dialami tentara-tentara mereka.

Dalam pernyataan itu juga disebutkan sekitar 85 persen tentara yang melakukan perawatan psikologis telah kembali bertugas aktif. "Sekitar 200 tentara diberhentikan dari militer karena masalah psikologis yang mereka derita akibat perang," kata pihak militer Israel dalam pernyataan, dikutip Anadolu Agency pada Kamis (29/2/2024).

Korps Medis tentara Israel berencana meresmikan pusat kesehatan mental baru bagi tentara pada Kamis, di tengah kekhawatiran tentara mengalami gangguan stres pascatrauma (PTSD) akibat perang Gaza. Pusat kesehatan mental yang baru akan mencakup sebuah klinik untuk mengobati PTSD di kalangan tentara.

Kepala Departemen Klinis Penyakit Mental Angkatan Darat Israel Yekhiel Levechitz, pada awal Februari ini mengatakan sekitar 3.000 tentara telah diperiksa oleh para ahli kesehatan mental sejak 7 Oktober 2023.

Sejak 7 Oktober, tentara Israel telah mendirikan dua pusat kesehatan mental di bagian selatan negara tersebut. Militer Israel menyediakan hotline khusus yang dapat digunakan tentara untuk mengakses psikolog dan psikiater. Setelah mendapatkan perawatan psikologis yang ditentukan oleh otoritas medis tentara, mereka segera bergabung kembali untuk melaksanakan tugas militernya di Gaza.

Baca Juga


Desember 2023 pun, sedikitnya 500 tentara...

Desember 2023 pun, sedikitnya 500 tentara Israel yang didiagnosis menderita C sejak awal agresi pendudukan terhadap Gaza. Pusat-pusat rehabilitasi terpaksa dibuka untuk merehabilitasi sejumlah besar tentara yang terluka secara psikologis maupun fisik dalam pertempuran sengit di Jalur Gaza.

Israel telah melancarkan serangan mematikan di Jalur Gaza menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober. Adapun pengeboman Israel yang terjadi kemudian telah menewaskan hampir 29.954 warga Palestina dan melukai lebih dari 70 ribu orang akibat kehancuran massal dan kekurangan kebutuhan pokok.

Perang Israel telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza terpaksa mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan. Sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.

Di Mahkamah Internasional, Israel dinyatakan telah melakukan genosida. Keputusan sementara pada bulan Januari memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler