Tips Cepat Menghafal Alquran dari Seorang Hafidz Sejak Kelas 2 SMA (Habis)

Aida bersusah payah menghafalkan Alquran.

Dokumen
Kegiatan belajar mengaji Alquran (ilustrasi)
Rep: mgrol151 Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Aida Samrotul Puadah, bersusah payah menghafalkan Alquran. Tak pesimis, dia terus membuka halaman kitab suci tersebut, membaca, dan menghafalkannya secara konsisten.

Baca Juga


Pasti ada rasa lelah. Namun, rasa itu dia hilangkan dengan menenangkan diri sejenak. Kemudian lanjut menghafalkan Alquran. Ketika ada waktu luang, dia menghafalkan Alquran sedapatnya. Dengan begitu, ia bisa menyesuaikan antara waktu kuliah, pondok, dan kegiatan pribadi. 

“Aku merasa ketika baru pertama masuk kuliah kerepotan. Mulai dari pagi harus berangkat kuliah, pulang kuliah lanjut kegiatan di pondok, malamnya lanjut dengan tugas-tugas kuliah. Tapi, itu semua aku sesuaikan kembali,” ungkapnya, Jumat (29/2).  

Aida juga menargetkan waktu murojaahnya setiap hari satu juz, sehingga hafalan-hafalan yang ia dapatkan sebelumnya tidak terlupakan. 

Ditambah, saat ini Aida tergabung dalam organisasi Himpunan Qori dan Qoriah Mahasiswa UIN Jakarta (HIQMA). Dalam organisasi ini, Aida mendapatkan rutinitas murojaah seminggu sekali. 

Hal tersebut sangat membantu Aida untuk tetap berada dalam lingkungan yang mendukungnya agar bisa mempertahankan hafalannya.  

Terlepas dari itu, Aida mengaku perjuangannya menghafal Alquran tidak lepas dari dukungan dan doa orang tua. Hingga saat ini, jika Aida merasa capai di lingkungan pondok dan meminta untuk pulang ke rumah. Orang tuanya selalu menekankan untuk terus bertahan dalam kondisi apapun. 

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

 

“Aku sempat cerita ke orang tua ingin pulang ke rumah, tapi orang tua selalu memberikan dorongan untuk bisa lebih mengontrol diri dan bertahan di pondok,” ujar Aida. 

Dukungan orangtua

Ia merasa beruntung memiliki kedua orang tua yang selalu mendoakan dan mendukungnya. Ia melihat di luar sana ada orang yang mendapatkan paksaan kedua orang tuanya untuk mondok dan menjadi penghafal Alquran. 

Padahal, menghafal Alquran itu bukan tumbuh dari paksaan. Sekalipun ia mendapatkan dorongan dari kedua orang tuanya, tapi jika seseorang itu tidak memiliki niat yang tulus untuk menghafal. Maka, tidak akan mudah jalannya.  

“Menghafal itu perlu keseriusan dan keikhlasan,” kata Aida. 

Di akhir, Aida menyampaikan pesan kepada setiap penghafal Alquran. Selalu ada kondisi di mana seseorang merasa lelah dengan kondisi yang dihadapinya. Namun, lagi-lagi Aida mengingatkan untuk selalu ingat kembali ke perjuangan pertama kali dan niat awal yang membawa seseorang itu bisa menghafal Alquran. 

“Dilihat tujuan menghafal Alquran yang ditanamkan seseorang itu seperti apa. Tidak jauh dari ingin mendapatkan pahala dan keberkahan dari Allah SWT,” ucapnya.

Menurut Aida, menghafal saja tidak cukup. Perlu mengulang-ulang kembali hafalannya setiap hari agar tidak terlupakan dengan hafalan yang baru.

“Setiap hari sudah memiliki jadwal untuk menghafal dan murojaah, sehingga antara menghafal dan murojaah itu seimbang,” pungkasnya. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler