Hubungan Sempat Memanas, Menlu China akan Kunjungi Australia

Wang Yi diperkirakan akan membahas sejumlah isu penting.

AP Photo/Andrea Verdelli
Menteri Luar Negeri China Wang Yi.
Red: Setyanavidita livicansera

REPUBLIKA.CO.ID,BEIJING -- Menteri Luar Negeri China Wang Yi berencana melakukan kunjungan kerja ke Australia sebagai wujud perbaikan hubungan bilateral kedua negara. "Dengan upaya bersama China dan Australia dalam beberapa tahun terakhir, hubungan bilateral kedua negara telah kembali ke jalur yang sehat dan stabil," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning saat menyampaikan keterangan kepada media di Beijing, Kamis, (29/2/2024).

Baca Juga


Australia, disebut telah mengajukan undangan kepada Menlu China Wang Yi untuk melakukan kunjungan dua hari ke pada paruh kedua Maret 2024. "China menghargai perbaikan hubungannya dengan Australia dan siap bekerja sama dengan Australia untuk mewujudkan pemahaman bersama yang penting antara para pemimpin kedua negara, meningkatkan pertukaran di seluruh bidang dan berbagai level," tambah Mao Ning.

China, kata Mao Ning, juga siap untuk memperkuat rasa saling percaya, mendorong kerja sama, menangani perbedaan dengan baik dan memajukan kemitraan strategis komprehensif China-Australia. Namun Mao Ning tidak menjawab soal waktu resmi kunjungan maupun topik yang akan dibahas dalam kunjungan tersebut.

Wang Yi diperkirakan akan membahas sejumlah isu penting setelah hubungan bilateral China-Australia memanas tahun lalu. Perdana Menteri Australia Anthony Albanese pada November 2023 juga tercatat sebagai perdana menteri Australia pertama yang mengunjungi China dalam tujuh tahun.

Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) Australia pun telah mendorong pencabutan sanksi terhadap anggur dan lobster Australia. Kedua barang tersebut telah dilarang untuk diimpor ke China sejak 2020. Selain lobster, wine juga terlarang untuk diimpor ke China.

Sebagai imbalannya, China disebut-sebut akan mendorong Australia untuk menandatangani Perjanjian Sains dan Teknologi yang baru. Data Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT) menunjukkan bahwa China adalah mitra dagang dua arah terbesar bagi Australia, menyumbang 26 persen perdagangan barang dan jasa negara tersebut pada 2022 dan 2023.

Sedangkan Badan Kepabeanan China mencatat total ekspor dan impor antara kedua negara sebesar 229,2 miliar dolar AS pada 2023, meningkat sebesar 4,1 persen dari tahun sebelumnya. Batubara, jelai, kapas, daging sapi, dan produk susu Australia yang semuanya dilarang secara resmi secara bertahap kembali ke pasar China sejak tahun lalu. Namun, anggur dan lobster tetap menjadi poin penting.

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler