Hamas Tahu Persiapan Sapi Merah Yahudi, Serangan 7 Oktober untuk Mencegahnya?
Hamas akan terus menyerang Israel sampai menggapai kemenangan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Brigade Al Qassam sayap militer Hamas, Abu Ubaidah, sempat menyampaikan pernyataan dalam sebuah tayangan video pada 14 Januari 2023 lalu. Pernyataan pada waktu tersebut merupakan momentum peringatan 100 hari sejak serangan Hamas kepada zionis Israel pada 7 Oktober 2023 lalu.
Dalam pernyataan tersebut, Abu Ubaidah menyinggung soal mitos Yahudi tentang sapi merah. Aljazeera dalam laporannya menyebutkan, pemilihan 7 Oktober sebagai tanggal serangan perlawanan yang dilancarkan Hamas di perbatasan Jalur Gaza dan upaya pematahan mitos tersebut bukanlah suatu kebetulan.
Sebab, serangan Hamas dilaporkan menjadi bentuk antisipasi terhadap tanggal penyembelihan sapi merah Yahudi. "Sapi merah membawa penerapan mitos agama yang menjijikkan, yang dirancang untuk menyerang perasaan seluruh umat," kata Abu Ubaida dalam pernyataan dalam tayangan video tersebut.
Laporan Aljazeera menyampaikan, apa yang dinyatakan oleh Abu Ubaidah telah dikatakan sebelumnya oleh Panglima Staf Al Qassam, Muhammad Al-Deif, saat melancarkan operasi penyerangan Badai Al Aqsa.
Sapi Merah sendiri disebutkan dalam Perjanjian Lama dan ditafsirkan sebagai syarat penyucian dan keselamatan umat Yahudi di akhir zaman. Di kalangan Yahudi ultra-Ortodoks atau Yahudi Haredi, pemotongan sapi merah dalam mitos ini meniscayakan pendirian Kuil Ketiga untuk menggantikan Masjid Al Aqsa.
Lihat halaman berikutnya >>>
Di antara syarat sapi merah tersebut ialah sapi berwarna merah alami berusia 2 tahun. Sapi merah ini dianggap sebagai alat penyucian bagi orang yang akan merobohkan Masjid Al Aqsa ketika disembelih di Bukit Zaitun dengan tata cara ritual yang kompleks.
Karena, menurut keyakinan tersebut, mereka saat ini sudah dikotori oleh apa yang mereka sebut dengan "kekotoran jiwa orang mati". Tidak ada solusi untuk mengatasinya kecuali dengan abu sapi merah.
Orang-orang Yahudi selama bertahun-tahun berusaha menanti kelahiran sapi merah tersebut. Hingga akhirnya, mereka menemukan 5 ekor sapi merah di Negara Bagian Texas, Amerika Serikat. Sapi-sapi ini dikatakan sebagai hasil rekayasa genetika, dan mereka tiba di Israel pada September 2022 lalu dengan dukungan Pemerintah Israel.
Dilaporkan juga bahwa tanggal penyembelihan sapi merah itu akan terjadi pada Oktober 2023 lalu, sehingga mendorong gerakan perlawanan Palestina, Hamas, untuk mengantisipasi hal tersebut.
Abu Ubaidah dalam pernyataannya menyampaikan, kejahatan zionis Israel dan pemerintahan fasisnya telah mencapai titik di mana mereka menuntut untuk membakar masyarakat, menggusur dan secara terbuka menodai kehormatan serta membunuh secara perlahan rakyat di Gaza, Tepi Barat, Yerusalem dan Palestina, yang diduduki pada 1948.
"Para pemimpin musuh, dengan sadisme dan rasisme pengecut, dengan senang hati menyiksa para tahanan kami dan membunuh mereka di penjara, dan memperketat jeratan di Gaza dalam rangka menyenangkan dan memuaskan naluri para pendengarnya. Dipenuhi dengan kebencian terhadap segala sesuatu yang berbau Palestina, Arab dan Muslim," kata Abu Ubaidah.
Lihat halaman berikutnya >>>
Abu Ubaidah juga mengatakan, pihkanya tidak punya pilihan selain menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengingatkan dunia bahwa di tanah Palestina ini ada laki-laki, rakyat, dan pelindungnya.
"Momentum 7 Oktober datang untuk membayar harga bagi penjajah ini dan geng-gengnya, yang telah melakukan pembantaian selama 100 tahun terhadap rakyat kami menduduki kiblat pertama umat Islam, dan berusaha memusnahkan masyarakat kami dan membekukan keberadaan mereka," ujarnya.
"Jika ada keadilan di bumi, mereka akan memerintahkan entitas ini untuk melucuti senjatanya dan mengadili seluruh kepemimpinan dan tentaranya dan memberikan hukuman yang paling berat kepada mereka, tapi keadilan yang dibajak di dunia ini mencegah hal tersebut, yang meningkatkan keyakinan kita akan kebenaran dan perlunya tindakan yang kita lakukan pada 7 Oktober dan apa yang telah dilakukan oleh rakyat dan perlawanan kita selama beberapa dekade, untuk melawan pendudukan," ujarnya.
Abu Ubaidah menekankan, operasi Badai Al Aqsa adalah pertempuran di tanah air Palestina di mana rakyat dan kelompok perlawanan berjuang dalam satu parit. Juga menunjukkan bahwa pembicaraan apa pun selain menghentikan agresi terhadap rakyat Palestina tidak ada nilainya.
Jubir sayap militer Hamas itu juga menegaskan, zionis Israel gagal mencapai tujuannya dan nasib banyak tahanan menjadi tidak diketahui selama beberapa pekan terakhir. “Kemungkinan besar banyak tahanan telah terbunuh dan musuh memikul tanggung jawab atas hal itu," kata dia.
Abu Ubaidah juga menyebutkan, sudah menjadi tugas Hamas untuk menginformasikan kepada 2 miliar Muslim di dunia bahwa Zionis telah menghancurkan sebagian besar masjid di Jalur Gaza. "Dan jika keimanan lemah, mereka yang tidak mampu mendukung darah orang yang tidak bersalah harus mendukung masjid. Dirikan sholat dan doa qunut di semua masjid, dan kumandangkan seruan kemenangan bagi perlawanan (terhadap zionis)," tuturnya.