Survei Pergerakan Lebaran 2024, Pemudik Lebih Suka Pakai Kendaraan Pribadi

Mudik dengan kendaraan pribadi masih diminati cukup tinggi lebih dari 30 persen.

ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
Sejumlah kendaraan melintas di Jalan Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) Majalengka, Jawa Barat, Sabtu (23/12/2023). Untuk mengurai kepadatan kendaraan pada puncak arus mudik Natal 2023, Korlantas Polri memberlakukan sistem lawan arah (Contra Flow) di jalan tol Cipali.
Rep: Fauziah Mursid Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Survei potensi pergerakan masyarakat selama Hari Raya Idul Fitri 2024/ 1445 Hijriah diprediksi akan ada sebanyak 193,6 juta orang atau mencapai 71,7 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Dalam survei yang dilakukan Kementerian Perhubungan melalui Badan Kebijakan Transportasi bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik, Kementerian Komunikasi dan Informatika, serta melibatkan para pakar dan akademisi di bidang transportasi ini juga menunjukan kecenderungan minat masyarakat terhadap pemilihan angkutan mudik lebaran.
 
Hasilnya, minat masyarakat terhadap pemilihan penggunaan angkutan untuk mudik lebaran terbanyak adalah kereta api sebesar 20,3 persen yakni 39,32 juta. Untuk bus 19,4 persen sekitar 37,51 juta orang.
 
Sedangkan kendaraan pribadi masih diminati cukup tinggi lebih dari 30 persen dengan rincian, mobil pribadi 18,3 persen yakni 35,42 juta dan sepeda motor sebesar 16,07 persen sekitar 31,12 juta.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyampaikan, pemerintah akan memberlakukan kebijakan yang efektif untuk mengantisipasi terjadinya lonjakan pemudik pada Hari Raya Idul Fitri 2024/ 1445 Hijriah.
 
"Pengaturan waktu mudik, penyelenggaraan diskon tarif transportasi massal untuk mudik lebih dini, mudik gratis, rekayasa lalu lintas, diskon tarif jalan tol, hingga pengaturan lalu lintas terutama pada daerah yang beresiko terjadi kepadatan luar biasa akan kami lakukan," kata Budi Karya dikutip dari siaran persnya, Selasa (12/3/2024).
 
Budi Karya mengatakan, kebijakan efektif penting mengingat peningkatan pergerakan akan berpotensi mengakibatkan kepadatan di simpul dan di ruas jalan melalui pola perjalanan, pola transportasi, dan pola lalu lintas.
 
Terlebih, angka tersebut meningkat dibanding potensi pergerakan pada masa Lebaran 2023 yakni 123,8 juta orang. Meningkatnya pergerakan masyarakat tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tidak adanya COVID-19, ekonomi keluarga, cuti bersama, liburan anak sekolah, peningkatan kualitas dan kuantitas sarana prasarana transportasi, serta kondisi cuaca.
 
Budi Karya menyampaikan survei potensi pergerakan masyarakat di lebaran tahun ini juta telah dilaporkan kepada Presiden Joko Widodo dan telah diinformasikan kepada pemangku kepentingan (stakeholder) terkait seperti kementerian/lembaga, pemerintah daerah, Korlantas Polri, BUMN dan swasta.

"Melihat gambaran kondisi tersebut, kami melakukan langkah persiapan baik secara operasional maupun kebijakan dalam pengendalian, pengaturan transportasi, dan penanganan secara komprehensif bersama Instansi kementerian dan lembaga pada pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, serta pihak swasta," kata Budi Karya.
 
Sementara itu, Hasil survei menunjukkan daerah asal perjalanan terbanyak, yaitu Jawa Timur sebesar 16,2 persen yakni 31,3 juta orang, disusul Jabodetabek sebesar 14,7 persen dengan 28,43 juta orang, dan Jawa Tengah sebesar 13,5 persen sekitar 26,11 juta orang.
 
Sementara itu, untuk daerah tujuan terbanyak, yaitu Jawa Tengah sebesar 31,8 persen dengan 61,6 juta orang, Jawa Timur sebesar 19,4 persen sebesar 37,6 juta orang, dan Jawa Barat sebesar 16,6 persen yakni 32,1 juta orang.
 
Perkiraan puncak hari mudik berdasarkan pilihan masyarakat adalah H-2 atau Senin, 8 April 2024 (dimulainya cuti bersama) dengan potensi pergerakan 26,6 juta orang (13,7 persen). Sedangkan perkiraan puncak hari balik adalah H+3 yakni Ahad, 14 April 2024 dengan potensi pergerakan 41 juta orang (21,2 persen).

Baca Juga


Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler