Siprus Antarkan Langsung Bantuan ke Gaza, Pertama Kalinya Lewat Laut

Kapal pertama bantuan lewat koridor laut telah bertolak dari Siprus ke Gaza.

EPA-EFE/MOHAMMED SABER
Warga Palestina memperlihatkan hummus di tengah kesulitan mendapatkan pasokan makanan selama Ramadhan.
Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID,  MOSKOW -- Kapal pertama yang membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza telah memulai perjalanannya di bawah inisiatif Koridor Maritim Siprus, kata Presiden Siprus Nikos Christodoulides pada Selasa (12/3/2024).

Baca Juga


"Perjalanan Amalthia adalah salah satu harapan dan kemanusiaan, dan ini baru saja dimulai. Kapal pertama di bawah inisiatif Koridor Maritim Siprus yang mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza telah berlayar. Ini adalah penyelamat bagi warga sipil," kata sang presiden di platform media sosial X.

Sebelumnya pada hari yang sama, Kantor berita Siprus CNA melaporkan bahwa kapal bantuan Open Arms telah meninggalkan pelabuhan Larnaca dengan membawa 200 ton bantuan kemanusiaan sebagai bagian dari inisiatif Amalthea yang dipimpin Siprus.

Kapal tersebut diperkirakan sampai ke Gaza dalam dua hari.

Pekan lalu, Komisi Eropa, Jerman, Yunani, Italia, Belanda, Siprus, Uni Emirat Arab, Inggris, dan Amerika Serikat mengumumkan dimulainya koridor laut untuk pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Pemerintah Israel menyambut baik inisiatif Siprus tersebut dan berjanji membantu memfasilitasi transfer bantuan ke wilayah kantong Palestina itu.

Pada November 2023, Christodoulides menjelaskan rencananya untuk membangun koridor laut untuk pengiriman bantuan kemanusiaan langsung ke Jalur Gaza.

Dia menyarankan agar kantor pusat operasional insiatif itu berlokasi di Kota Larnaca, Siprus, yang merupakan kota pelabuhan utama di Mediterania yang memiliki kapasitas untuk menyimpan sekitar 100.000 ton bantuan untuk Gaza.

Bantuan itu akan dikumpulkan dan diperiksa oleh petugas bea cukai di Larnaca, kata Christodoulides. Kapal-kapal kargo yang membawa bantuan harus dikawal oleh kapal militer, tambahnya.

Kapal-kapal itu akan diturunkan di pesisir barat daya Jalur Gaza dan kemudian diserahkan kepada otoritas sipil Palestina.

Pada 7 Oktober 2023, Hamas melancarkan serangan roket besar-besaran ke Israel dari Gaza dan menerobos perbatasan. Serangan itu menewaskan 1.200 orang dan Hamas menyandera 240 orang lainnya.

Israel lalu membalas dengan serangan habis-habisan, memblokade penuh Gaza, melancarkan serangan darat di dalam wilayah kantong Palestina itu untuk "menumpas pejuang Hamas dan membebaskan sandera".

Sedikitnya 31.100 orang telah tewas di Jalur Gaza, menurut otoritas setempat.

Pada 24 November, Qatar memediasi perundingan antara Israel dan Hamas untuk pertukaran tahanan dengan sandera dan gencatan senjata, yang memungkinkan bantuan kemanusiaan memasuki Gaza. Gencatan itu diperpanjang beberapa kali dan berakhir pada 1 Desember.

Lebih dari 100 orang diyakini masih disandera oleh Hamas di Gaza.

Putusan sela Mahkamah Internasional pada Januari memerintahkan Israel untuk menghentikan aksi genosida dan mengambil tindakan yang dapat menjamin bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza. 

 

sumber : Antara/Sputnik
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler