Rajin Ikut Puasa Ramadhan Tapi Sholatnya Bolong-Bolong, Bagaimana Jadinya?
Sholat wajib lima waktu dan puasa Ramadhan tidak terpisahkan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Puasa Ramadhan merupakan puasa wajib bagi umat Islam. Sebab puasa Ramadhan adalah salah satu dari lima rukun Islam. Pun dengan sholat wajib lima waktu. Maka dari itu keduanya tak boleh ditinggalkan.
KH Muhammad Rusli Amin dalam bukunya "Mata Air Ramadhan" mengatakan orang yang bertakwa ialah mereka yang selalu mendirikan sholat. Dan orang yang benar puasanya adalah mereka yang selalu memelihara sholatnya.
Dia mengibaratkan jika agama Islam adalah bangunan maka sholat sebagai tiangnya dan dan puasa adalah dindingnya.
Bukan rahasia lagi bahwa banyak umat Islam yang masih lalai dengan sholatnya. Dia hanya ikut berpuasa dengan tidak makan dan minum, tapi mereka lalai terhadap sholatnya khususnya sholat wajib lima waktu.
Padahal Muhammad Rusli menegaskan bahwa orang yang bertakwa adalah mereka yang selalu memelihara sholat wajibnya dan sunnah.
Pada Ramadhan ada sholat sunnah yang sangat dianjurkan agar dilaksanakan yakni sholat tarawih atau qiyaam ramadhan yang dilaksanakan pada malam hari setelah sholat Isya.
Ramadhan merupakan bulan mulia dan penuh berkah. Ada banyak keutamaan yang bisa didapatkan oleh umat Islam di bulan ini seperti meraih pahala sebanyak-banyaknya. Pasalnya, Allah SWT akan melipatgandakan pahala setiap amal perbuatan. Selain itu Allah SWT juga akan menghapus dosa-dosa manusia terdahulu.
Maka dari itu dianjurkan agar melakukan amal kebaikan di bulan Ramadhan. Seperti memperbanyak membaca Alquran dan mengkhatamkan Alquran.
Baca juga: Bawah Masjid Al Aqsa Penuh Terowongan, Mitos Kuil Sulaiman dan Sapi Merah yang tak Muncul
Sebab itu adalah tradisi Nabi Muhammad SAW dan para ulama-ulama terdahulu. Selain itu umat Islam agar memperbanyak sedekah.
Alquran telah menerangkan tentang bagaimana keistimewaan-keistimewaan Ramadhan. Sebagaimana terdapat dalam Surat Al-Baqarah ayat 185:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗوَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗيُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖوَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Syahru ramaḍānal-lażī unzila fīhil-qur'ānu hudal lin-nāsi wa bayyinātim minal-hudā wal-furqān(i), faman syahida minkumusy-syahra falyaṣumh(u) wa man kāna marīḍan au ‘alā safarin fa ‘iddatum min ayyāmin ukhar(a), yurīdullāhu bikumul-yusra wa lā yurīdu bikumul-‘usr(a), wa litukmilul-‘iddata wa litukabbirullāha ‘alā mā hadākum wa la‘allakum tasykurūn(a).
Artinya: "Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur."