Putin Peringatkan Rusia Siap Hadapi Perang Nuklir
Putin peringatkan Barat bahwa negaranya siap untuk perang nuklir.
REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan Barat bahwa Rusia secara teknis siap menghadapi perang nuklir. Ia mengatakan bila Amerika Serikat (AS) mengirimkan pasukan ke Ukraina maka Rusia akan menganggapnya sebagai eskalasi perang skala besar.
Menjelang pemilihan umum yang digelar pada 15 sampai 17 Maret mendatang. Putin mengatakan skenario perang nuklir tidak "terburu-buru" dan ia melihat tidak ada kebutuhan untuk menggunakan senjata nuklir di Ukraina.
"Dari sudut pandang militer, kami, tentu, siap," kata Putin saat menjawab pertanyaan apakah Rusia siap menghadapi perang nuklir seperti dilaporkan stasiun televisi Rossiya-1 dan kantor berita RIA, Selasa (12/3/2024).
Putin mengatakan AS memahami bila mereka mengirimkan pasukan ke wilayah Rusia atau Ukraina maka Rusia akan memperlakukannya sebagai tindakan intervensi. "(Di Amerika Serikat) terdapat cukup banyak pakar dalam hubungan Rusia-Amerika dan di bidang pengendalian strategis," kata Putin.
"Karena itu, saya pikir tidak ada yang terburu-buru pada (konfrontasi nuklir), (namun) kami siap menghadapinya," ujarnya.
Perang di Ukraina memicu krisis terdalam hubungan Rusia dengan Barat sejak Krisis Rudal Kuba tahun 1962. Putin juga sudah beberapa kali memperingatkan Barat resiko perang nuklir bila mengirimkan pasukannya ke Ukraina.
Pada Februari 2022 lalu, Putin mengirimkan puluhan ribu tentara ke Ukraina, memicu perang skala besar setelah konflik delapan tahun di timur negara itu antara pasukan Ukraina dan proksi Rusia di Ukraina. Pemimpin-pemimpin Barat berjanji mengalahkan Rusia di Ukraina, tapi setelah delapan tahun pasukan Rusia menguasai seperlima wilayah Ukraina.
Di tahun pemilu umum AS, Barat dilanda kesulitan untuk mempertahankan dukungan pada Ukraina. Sementara Rusia mengirimkan ratusan ribu tentara dan persenjataan ke Ukraina lebih cepat dari Barat.
Kiev mengatakan mereka membela diri dari perang gaya imperialistik Rusia yang ingin menghapus identitas nasional Ukraina. Moskow mengatakan wilayah yang kini duduki pasukannya di Ukraina kini bagian dari Rusia.
Putin, yang merupakan pengambil keputusan terakhir dalam senjata nuklir, menegaskan kembali penggunaan senjata nuklir dijabarkan dalam doktrin nuklir Kremlin. Kebijakan yang menetapkan situasi Rusia mungkin akan menggunakan senjata itu.
"Senjata itu ada untuk digunakan, kami memiliki prinsip-prinsip kami sendiri," katanya.
Sejauh ini, Rusia dan AS merupakan kekuatan nuklir terbesar di dunia. Keduanya menguasai lebih dari 90 persen senjata nuklir.
Putin mengatakan Rusia siap menggelar pembicaraan serius mengenai Ukraina. "Rusia siap bernegosiasi mengenai Ukraina, tapi harus berdasarkan realitas dan bukan pada keinginan untuk menggunakan obat-obatan psikotropika," kata Putin.
Pada bulan lalu, AS dilaporkan menolak saran gencatan senjata yang diusulkan Putin setelah adanya kontak antara perantara. Putin mengatakan bila AS menggelar uji coba nuklir, Rusia mungkin melakukan hal yang sama.
"Itu tidak dibutuhkan, kami masih memikirkannya, tapi saya tidak membuang kemungkinan kami dapat melakukan hal yang sama," katanya.
CNN melaporkan pada 2022 lalu Presiden AS Joe Biden khawatir Rusia mungkin menggunakan senjata nuklir taktis di Ukraina. Namun, Putin mengatakan Rusia tidak pernah membutuhkan senjata nuklir di Ukraina.
"Mengapa kita perlu menggunakan senjata pemusnah massal? Tidak pernah ada kebutuhan seperti itu," katanya.