Uni Eropa Terancam Hadapi Kematian Massal dan Kerugian Ekonomi Akibat Perubahan Iklim
Eropa sangat membutuhkan langkah kuat hadapi perubahan iklim.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Eropa sangat membutuhkan langkah-langkah yang lebih kuat untuk menanggapi risiko-risiko perubahan iklim, demikian menurut laporan terbaru yang dirilis Badan Lingkungan Hidup Eropa (EEA). Laporan tersebut menegaskan bahwa blok ini tidak siap untuk menanggapi risiko-risiko yang semakin parah yang ditimbulkan oleh perubahan iklim.
"Ratusan ribu orang akan meninggal akibat gelombang panas, dan kerugian ekonomi akibat banjir di pesisir pantai saja dapat melebihi 1 triliun euro per tahun," demikian bunyi laporan tersebut seperti dilansir Al Jazeera, Kamis (14/3/2024).
Laporan itu juga mengungkapkan bahwa kebijakan-kebijakan yang menargetkan sistem perawatan kesehatan, pertanian dan infrastruktur penting, sangatlah dibutuhkan. Pasalnya, kejadian-kejadian panas dan kekeringan yang ekstrim, yang dulunya jarang terjadi, kini semakin sering terjadi.
"Jika tindakan tegas tidak diambil sekarang, sebagian besar risiko iklim yang diidentifikasi dalam laporan tersebut dapat mencapai tingkat kritis atau bencana pada akhir abad ini," kata analisis tersebut, mendesak Uni Eropa untuk mengintegrasikan risiko iklim ke dalam anggaran dan kebijakan di berbagai sektor.
Risiko-risiko tersebut kemungkinan besar tidak akan berkurang bahkan jika dunia memenuhi target Perjanjian Paris 2015 untuk menjaga suhu rata-rata tidak lebih dari 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri, kata para peneliti, yang menganalisis lima sektor mulai dari bisnis hingga kesehatan.
Sebuah lembaga pemantau Uni Eropa baru-baru ini mencatat bahwa dunia telah melewati ambang batas pemanasan 1,5 derajat Celcius tahun lalu. Namun, target tersebut belum terlampaui secara permanen karena bergantung pada pengukuran yang dilakukan selama beberapa dekade.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa bahaya yang terkait iklim terhadap produksi pangan akan sangat berdampak pada wilayah Selatan, dengan mencatat bahwa kurang dari 2 persen subsidi pertanian Uni Eropa dihabiskan untuk membantu petani mengelola risiko.
Laporan tersebut juga merekomendasikan agar Uni Eropa menetapkan persyaratan untuk melindungi pekerja di luar ruangan di bidang pertanian, konstruksi, dan industri lainnya dari panas yang ekstrem atau banjir.
“Eurocodes baru untuk membangun infrastruktur juga diperlukan, karena meningkatnya risiko pada infrastruktur penting, seperti banjir yang merusak jalan atau panas ekstrem yang menyebabkan rel kereta api bengkok,” kata laporan.
Laporan ini juga menyerukan agar Uni Eropa merancang instrumen pendanaan untuk membantu negara-negara mempersiapkan sistem perawatan kesehatan mereka dalam menghadapi perubahan iklim, yang sangat berdampak pada kelompok rentan dan lansia.
EEA mencatat, peristiwa yang berkaitan dengan iklim menyebabkan 85 ribu hingga 145 ribu kematian manusia di seluruh Eropa selama 40 tahun terakhir. Gelombang panas ekstrem pada tahun 2022 menyebabkan lebih dari 60 ribu kematian di benua itu, demikian temuan para peneliti secara terpisah.
Eropa telah menghadapi gelombang peristiwa iklim yang parah dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2021, banjir yang belum pernah terjadi sebelumnya melanda Belgia, Jerman, dan Belanda, yang menyebabkan kerugian sebesar 44 miliar euro.
Pada tahun yang sama, Italia mengalami kebakaran hutan yang sangat parah dengan luas lebih dari 150 ribu acre (60.700 hektare), yang merupakan kebakaran hutan terbesar dalam satu dekade terakhir. Pada tahun 2023, banjir bandang di Slovenia menyebabkan kerusakan yang diperkirakan mencapai lebih dari 10 persen dari PDB negara tersebut.
Jika digabungkan, kerugian ekonomi akibat cuaca dan iklim ekstrem di negara-negara Uni Eropa mencapai 650 miliar euro dari tahun 1980 hingga 2022.