Olahraga Australia Hadapi Risiko Finansial dan Hukum Akibat Lambannya Adaptasi Iklim
Olahraga Australia gagal untuk terlibat atau beradaptasi dengan krisis iklim.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Olahraga Australia gagal untuk terlibat atau beradaptasi dengan krisis iklim, sehingga membuka peluang bagi organisasi untuk menghadapi risiko keuangan dan hukum yang serius. Hal ini diungkap dalam sebuah laporan terbaru.
Baik itu cuaca panas yang ekstrem, asap kebakaran hutan, atau banjir, dampak perubahan iklim terhadap olahraga di negara ini telah terlihat jelas selama dekade terakhir. Hal ini pada akhirnya mempengaruhi pemain, penggemar, ofisial, dan infrastruktur mulai dari tingkat akar rumput hingga kompetisi elite.
Sementara para pemain dan konsumen semakin menuntut tindakan adaptasi atas perubahan iklim, laporan gabungan dari Environmental Defenders Office dan FrontRunners menemukan bahwa organisasi olahraga tidak memberikan respons yang memadai terhadap ancaman tersebut.
Kepala eksekutif Environmental Defenders Office, David Morris, mengatakan bahwa laporan tersebut menunjukkan ketertinggalan Australia dalam hal adaptasi iklim di bidang olahraga.
"Organisasi olahraga kita, baik itu organisasi yang lebih kecil atau akar rumput hingga beberapa kode olahraga yang paling besar, tidak menangani masalah mendasar ini," kata Morris seperti dilansir The Guardian, Rabu (13/3/2024).
Analisis dokumen publik dari 314 organisasi olahraga terkemuka di Australia menunjukkan bahwa kurang dari 1 persen yang menyebutkan perubahan iklim dalam laporan tahunan mereka. Lalu hanya 6 persen yang merujuk pada perubahan iklim atau keberlanjutan dalam rencana strategis, dan hanya 3 persen yang memiliki panduan tentang masalah ini di situs web mereka.
Di antara olahraga terbesar di Australia, liga rugby adalah salah satu yang memiliki kinerja terburuk dalam hal perubahan iklim dan aksi keberlanjutan, dengan delapan badan pengurusnya tidak memiliki inisiatif iklim selain panduan tentang cuaca panas atau cuaca ekstrem.
"Hal ini sangat kontras dengan pandangan terhadap perubahan iklim di belahan dunia lain. Krisis iklim akan mempersulit kita untuk bermain, meningkatkan risiko partisipasi akibat kesehatan dan cedera, dan juga akan membuat biaya olahraga lebih mahal," kata Morris.
"Dampak perubahan iklim juga akan semakin mengubah pengalaman kita dalam berolahraga. Bergulat dengan hal itu adalah masalah hukum yang harus dihadapi oleh orang-orang yang terlibat dalam administrasi olahraga saat ini,” tambah Morris.
Laporan ini juga mengidentifikasi area tanggung jawab untuk organisasi olahraga seperti cedera pribadi, implikasi kontrak, pengungkapan dampak keuangan dan kerusakan reputasi. Sebuah organisasi dengan kebijakan iklim yang belum sempurna, misalnya, harus mempertimbangkan apakah organisasi tersebut telah memenuhi kewajiban untuk menjaga pemain, wasit dan penonton, atau bertanggung jawab atas klaim cedera pribadi.
Dr Paul Sinclair, direktur kampanye di Australian Conservation Foundation, mengatakan bahwa laporan tersebut memastikan Australia menjadi salah satu yang paling lamban di dunia dalam mengatasi masalah perubahan iklim.
“Jika Anda memperhatikan dengan seksama, tidak ada organisasi olahraga di Australia yang berbicara untuk mendukung aksi iklim. Ini adalah kegagalan tanggung jawab utama mereka untuk bertindak sebagai pelayan permainan yang dicintai warga Australia,” kata Sinclair.
Menurut Sinclair, organisasi seharusnya bertindak untuk memastikan olahraga yang dicintai masyarakat bisa bertahan dan aman di tengah ancaman perubahan iklim.
“Jadi jika mereka menganggap hal itu serius, mereka perlu mempertimbangkan untuk mengambil tindakan terhadap perubahan iklim, karena tidak ada olahraga di Australia yang tidak akan terpengaruh oleh iklim,” tegas dia.