Isu Perubahan Iklim Dinilai Bisa Jadi Penentu dalam Pemilu 2024 di AS
Opini tentang perubahan iklim memiliki efek yang cukup besar terhadap Pemilu AS.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi menemukan bahwa kekhawatiran tentang perubahan iklim memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pilihan pemilih saat pemilu presiden. Studi yang dilakukan University of Colorado ini membuktikan bahwa opini tentang perubahan iklim bahkan memiliki efek yang cukup besar untuk mengubah hasil pemilu 2020 yang menguntungkan Joe Biden.
Peneliti menggunakan data survei tahun 2016 dan 2020 dari organisasi nonpartisan Voter Study Group untuk menganalisis hubungan antara pilihan presiden dari ribuan pemilih pada dua pemilu terakhir di AS, dengan demografi dan pendapat mereka tentang 22 isu berbeda, termasuk perubahan iklim.
Survei ini meminta para pemilih untuk menilai tingkat kepentingan perubahan iklim dengan empat pilihan: "tidak penting", "tidak terlalu penting", "agak penting", atau "sangat penting”.
Pada tahun 2020, 67 persen pemilih menilai perubahan iklim sebagai "agak penting" atau "sangat penting", naik dari 62 persen pada tahun 2016. Dari para pemilih yang menilai perubahan iklim sebagai hal yang penting, 77 persen mendukung Biden pada tahun 2020, naik dari 69 persen yang mendukung Hillary Clinton pada tahun 2016.
“Hal ini menunjukkan bahwa opini perubahan iklim telah memberikan keuntungan elektoral yang semakin besar bagi Partai Demokrat,” kata peneliti utama studi, Matt Burgess, seperti dilansir The Conversation, Jumat (15/3/2024).
Dengan menggunakan dua model statistik yang berbeda, Burgess memperkirakan bahwa opini perubahan iklim dapat menggeser margin suara populer nasional tahun 2020 (perolehan suara Partai Demokrat dikurangi perolehan suara Partai Republik) sebesar 3 persen atau lebih terhadap Biden. Dengan menggunakan model Electoral College, Burgess memperkirakan bahwa pergeseran sebesar 3 persen akan cukup besar untuk mengubah hasil pemilu yang menguntungkan Biden.
Pola ini serupa dengan hasil jajak pendapat pada November 2023. Jajak pendapat ini menemukan bahwa lebih banyak pemilih yang mempercayai pendekatan Partai Demokrat terhadap perubahan iklim, dibandingkan dengan pendekatan Partai Republik terhadap isu tersebut.
Jadi, jika sebagian besar pemilih - bahkan Partai Demokrat - tidak menempatkan perubahan iklim sebagai isu utama mereka, bagaimana mungkin opini tentang perubahan iklim dapat mempengaruhi pemilihan presiden tahun 2020?
Analisis Burgess tidak dapat menjawab pertanyaan ini secara langsung, tetapi ia menyebutkan setidaknya tiga hipotesis. Pertama, pemilihan presiden pada 2020 berlangsung sangat ketat. Artinya, opini perubahan iklim tidak perlu memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pemungutan suara untuk mengubah hasil pemilu. Pada tahun 2020, Biden memenangkan Georgia dengan selisih sekitar 10 ribu suara - 0,2 persen dari total suara yang masuk.
Kedua, para kandidat yang menyangkal bahwa perubahan iklim itu nyata dapat membuat sebagian pemilih moderat tidak tertarik, meskipun perubahan iklim bukanlah isu utama bagi para pemilih tersebut. Bukti ilmiah bahwa perubahan iklim itu nyata sangatlah kuat, sehingga jika seorang kandidat menyangkal ilmu pengetahuan dasar perubahan iklim, beberapa pemilih moderat mungkin akan bertanya-tanya apakah mereka akan mempercayai kandidat tersebut secara umum.
Ketiga, beberapa pemilih mungkin mulai melihat hubungan antara perubahan iklim dan isu-isu yang mereka anggap sebagai prioritas yang lebih tinggi daripada perubahan iklim. Sebagai contoh, terdapat bukti kuat bahwa perubahan iklim mempengaruhi kesehatan, keamanan nasional, ekonomi, dan pola imigrasi di AS dan di seluruh dunia.
Bagaimana dengan pemilu 2024 di AS? Studi Burgess menemukan bahwa antara pemilu presiden tahun 2016 dan tahun 2020, perubahan iklim menjadi kian penting bagi para pemilih, dan ini bisa menjadi sinyal kemenangan Demokrat. Jika tren ini terus berlanjut, maka perubahan iklim dapat memberikan keuntungan elektoral yang lebih besar bagi Partai Demokrat pada tahun 2024.
Tentu saja, hal ini tidak serta merta membuat Partai Demokrat memenangkan pemilu 2024. “Misalnya, penelitian kami memperkirakan bahwa perubahan iklim memberi keuntungan bagi Partai Demokrat pada tahun 2016, namun Trump tetap memenangkan pemilu tersebut karena masalah lain. Imigrasi saat ini menjadi isu utama bagi banyak pemilih, dan jajak pendapat nasional baru-baru ini menunjukkan bahwa Trump saat ini memimpin pemilihan presiden tahun 2024 dibandingkan Biden,” kata Burgess.
Meskipun mayoritas pemilih saat ini lebih menyukai sikap Partai Demokrat mengenai perubahan iklim, hal ini tidak selalu benar. Misalnya, Partai Demokrat berisiko kehilangan pemilih ketika kebijakan mereka membebankan biaya ekonomi, atau ketika mereka dianggap anti-kapitalis, rasial, atau terlalu pesimistis. Beberapa kebijakan iklim yang didukung Partai Republik, seperti upaya mempercepat proyek energi terbarukan, merupakan kebijakan yang populer.
“Pada akhirnya, seluruh bukti menunjukkan bahwa sebagian besar pemilih akan lebih memilih kandidat yang sadar iklim, dan sebagian besar pemilih yang sadar iklim saat ini lebih memilih calon dari Partai Demokrat,” kata Burgess.