Ini Manfaat Cuti Ayah dari Segi Psikologis Menurut Pakar
Pemerintah berencana memberikan cuti bagi ASN pria yang istrinya melahirkan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog anak, remaja, dan keluarga Sani Budiantini Hermawan menyambut baik wacana cuti khusus bagi aparatur sipil negara (ASN) pria. Pemerintah berencana memberikan cuti bagi ASN pria yang istrinya melahirkan atau mengalami keguguran.
Sani berpendapat, pendampingan suami di saat istri melahirkan cukup signifikan manfaatnya. Ketika masa kritis jelang melahirkan, istri sangat membutuhkan dukungan mental dari orang tersayang yang bisa dipercaya, seperti dari pasangan dan orang tua.
"Jadi, kalau ada izin resmi dari pemerintah untuk suami mendampingi istri yang sedang melahirkan atau dalam masa kesedihan, berduka karena keguguran, menurut saya bagus sekali," kata Sani kepada Republika.co.id, Jumat (15/3/2024).
Pendampingan dari suami akan bisa memberi dukungan psikis bagi istri sehingga lebih kuat menghadapi prosesi persalinan. Selain kehadiran, suami juga disarankan memberi dukungan verbal berupa kalimat positif agar istri tenang menghadapi kelahiran.
Pascamelahirkan, istri yang harus menyusui dan merawat anak juga akan sangat terbantu jika suami bersiaga di sisinya berkat adanya waktu cuti dari tempatnya bekerja. Sani menyebutkan, suami bisa meringankan rasa sakit fisik atau meredakan tekanan psikis karena kondisi badan yang berubah, juga turut serta merawat bayi.
Direktur Lembaga Psikologi Daya Insani itu mengatakan, suami yang dari awal mendampingi istri melahirkan akan melihat langsung proses dan sulitnya persalinan. Akhirnya, bisa timbul sikap lebih menghargai, lebih bertanggung jawab, dan lebih berkomitmen.
Komitmen yang tumbuh itu dapat membuat para ayah atau suami memanfaatkan masa cuti yang didapat dengan maksimal. Jika cuti ASN pria nantinya diberlakukan, diharapkan bisa membuat para ayah atau suami menunjukkan kontribusi atau peran terhadap istri dan anaknya.
"Dengan anak, akan muncul hubungan yang erat jika ayah mengadzani (bagi Muslim) dari awal, melihat proses kelahirannya, sehingga muncul attachment yang lebih awal," ungkap Sani.
Selain itu, pascamelahirkan, suami yang berkontribusi terhadap pengasuhan dan perkembangan anak bisa membuat kondisi keluarga lebih positif dan dinamis. Berbeda halnya apabila sang ibu stres akibat beban tinggi merawat bayi usai melahirkan, sementara sang suami cuek-cuek saja. "Anak akan ter-influence karena ibu tertekan. Bisa memicu kondisi ribut, konflik, juga akan berpengaruh karena teringat, terekam oleh anak," ucap Sani.