Sepekan, Gunung Merapi Keluarkan 91 Guguran Lava, Status Masih Siaga
Guguran lava Gunung Merapi mengarah ke hulu Kali Bebeng.
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebut aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih terbilang tinggi, berupa erupsi efusif. Dalam sepekan, periode 8-14 Maret 2024, dilaporkan Gunung Merapi mengeluarkan setidaknya 91 kali guguran lava.
Puluhan guguran lava itu mengarah ke barat daya atau ke hulu Kali Bebeng, sejauh maksimal 1.800 meter. “Suara guguran terdengar satu kali dari Pos Kaliurang, dengan intensitas kecil,” kata Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso, Jumat (15/3/2024).
BPPTKG juga mencatat aktivitas kegempaan. Pada periode tersebut, dilaporkan satu kali gempa vulkanik dangkal, 13 kali gempa fase banyak, 380 kali gempa guguran, dan enam kali gempa tektonik.
Agus mengatakan, pada 14 Maret lalu turun hujan di Pos Pengamatan Gunung Merapi dengan intensitas 52 milimeter per jam, selama 93 menit. Meski demikian, kata dia, tidak terpantau adanya penambahan aliran maupun lahar dingin di sungai-sungai yang berhulu di Merapi.
Status Gunung Merapi saat ini masih Siaga atau Level 3. Potensi bahayanya masih berupa guguran lava dan awan panas guguran, terutama di sektor selatan-barat daya dan sektor tenggara.
Di sektor selatan-barat daya, daerah potensi bahaya tersebut meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal lima kilometer, serta Sungai Bedog, Krasak, dan Bebeng, sejauh maksimal tujuh kilometer. Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal tiga kilometer dan Sungai Gendol lima kilometer.
“Sedangkan lontaran material vulkanik, bila terjadi letusan eksplosif, dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak,” kata Agus.
Agus mengatakan, berdasarkan data pemantauan, suplai magma Gunung Merapi masih berlangsung, yang berpotensi memicu terjadinya awan panas guguran di dalam daerah potensi bahaya. Karena itu, masyarakat diminta tidak melakukan kegiatan apa pun di daerah potensi bahaya.
“Masyarakat agar mewaspadai bahaya lahar dan awan panas guguran (APG), terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi. Selain itu, masyarakat agar mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi,” kata Agus.