Belajar dari Nabi Yusuf, Jangan Lupa Cari Kebahagiaan di Akhirat
Cukup banyak ayat Alquran membicarakan kisah Nabi Yusuf.
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Dalam Alquran terdapat kisah seorang hamba Allah SWT yang bernama Nabi Yusuf Alahissalam. Cukup banyak ayat Alquran membicarakan kisah Nabi Yusuf, bahkan kisahnya terhimpun dalam surat tersendiri yang menunjukkan banyaknya pelajaran dapat diperoleh dengan membaca dan mengkajinya.
Demikian dijelaskan Arkeolog, Profesor Ali Akbar dalam buku Arkeologi Alquran: Penggalian Pengetahuan Keagamaan terbitan Lembaga Kajian dan Peminatan Sejarah, 2020.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ اَحْسَنَ الْقَصَصِ بِمَآ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ هٰذَا الْقُرْاٰنَۖ وَاِنْ كُنْتَ مِنْ قَبْلِهٖ لَمِنَ الْغٰفِلِيْنَ
Naḥnu naquṣṣu ‘alaika aḥsanal-qaṣaṣi bimā auḥainā ilaika hāżal-qur'ān(a), wa in kunta min qablihī laminal-gāfilīn(a).
Kami menceritakan kepadamu (Nabi Muhammad) kisah yang paling baik dengan mewahyukan Alquran ini kepadamu. Sesungguhnya engkau sebelum itu termasuk orang-orang yang tidak mengetahui. (QS Yusuf Ayat 3)
Profesor Ali Akbar menjelaskan dalam bukunya, sejak kecil Nabi Yusuf mengalami berbagai cobaan hidup. Setelah dibuang oleh saudara-saudaranya, Nabi Yusuf dijual di Mesir.
Berbicara mengenai Mesir, Profesor Ali Akbar menjelaskan bahwa peradaban Mesir berlangsung cukup lama dan penuh dinamika. Sebagian ahli membagi ke dalam tiga periode yang semuanya terjadi pada Sebelum Masehi (SM).
Di antaranya, Kerajaan Mesir Lama, Kerajaan Mesir Tengah, dan Kerajaan Mesir Baru. Pada periode Mesir Lama banyak didirikan piramida, misalnya di Giza.
Periode Mesir Tengah kerajaan di benua Afrika itu pada tahun 1630-1520 SM dikuasai bangsa Hyksos yang datang dari timur atau dari Asia.
Periode Mesir Muda, wilayah kerajaan meluas ke Asia Barat. Banyak orang biasa dan tokoh, banyak cerita dan kisah, banyak tanda dan hikmah bila berbicara mengenai Mesir. Salah satu di antaranya kisah Nabi Yusuf.
Setelah Nabi Yusuf dijual di Mesir. Nabi Yusuf dibeli pembesar Mesir yang memerintahkan kepada istrinya untuk memungut sebagai anak. Kehidupan yang baik akhirnya diperoleh Nabi Yusuf karena tinggal di istana.
Para ahli memperkirakan Nabi Yusuf hidup saat bangsa Hyksos memerintah di Mesir sekitar abad ke-16 SM.
Pada suatu ketika, karena melihat ketampanan Nabi Yusuf, istri pembesar Mesir menggoda, merayu, dan memaksa Nabi Yusuf. Namun, Nabi Yusuf berusaha sekuat tenaga menghindarinya. Akhirnya Nabi Yusuf diancam dengan dua pilihan yakni melayani nafsu istri pembesar atau akan dimasukkan ke dalam penjara.
Inilah doa Nabi Yusuf kepada Allah SWT yang diabadikan dalam Alquran. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
قَالَ رَبِّ السِّجْنُ اَحَبُّ اِلَيَّ مِمَّا يَدْعُوْنَنِيْٓ اِلَيْهِ ۚوَاِلَّا تَصْرِفْ عَنِّيْ كَيْدَهُنَّ اَصْبُ اِلَيْهِنَّ وَاَكُنْ مِّنَ الْجٰهِلِيْنَ
Qāla rabbis-sijnu aḥabbu ilayya mimmā yad‘ūnanī ilaih(i), wa illā taṣrif ‘annī kaidahunna aṣbu ilaihinna wa akum minal-jāhilīn(a).
(Yusuf) berkata, “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka. Jika Engkau tidak menghindarkan tipu daya mereka dariku, niscaya aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentu aku termasuk orang-orang yang bodoh.” (QS Yusuf Ayat 33)
Akhirnya, Nabi Yusuf masuk penjara, di dalam sel yang dipandang hina oleh masyarakat. Ternyata Nabi Yusuf tidak berkecil hati meski harus mendekam bertahun-tahun di balik jeruji (penjara).
Saat berinteraksi dengan beragam perilaku tahanan di dalam penjara, Nabi Yusuf tetap tabah dan bahkan semangat berdakwah di dalam penjara.
Tingkah laku Nabi Yusuf yang baik dan kemampuan yang Allah SWT berikan kepada Nabi Yusuf untuk menafsirkan mimpi membawanya kembali kepada kemuliaan.
Nabi Yusuf dikeluarkan dari penjara, dinyatakan tidak bersalah dan dibersihkan namanya dari kasus dengan istri pembesar Mesir, bahkan Nabi Yusuf diangkat oleh raja Mesir menjadi pembesar istana.
Kisah Nabi Yusuf tergolong berakhir bahagia (happy ending story). Nabi Yusuf akhirnya dapat berkumpul lagi bersama keluarganya.
Pada akhir kisah, Nabi Yusuf berdoa kepada Allah SWT yang sekaligus mengingatkan mengenai arti kebahagiaan.
"Kebahagiaan sejati bukan di dunia, tetapi di akhirat. Mencari kebahagiaan di dunia, janganlah lupa mencari kebahagiaan di akhirat," tulis Profesor Ali Akbar dalam buku Arkeologi Alquran.
Inilah doa Nabi Yusuf yang diabadikan dalam Alquran. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
۞ رَبِّ قَدْ اٰتَيْتَنِيْ مِنَ الْمُلْكِ وَعَلَّمْتَنِيْ مِنْ تَأْوِيْلِ الْاَحَادِيْثِۚ فَاطِرَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ اَنْتَ وَلِيّٖ فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِۚ تَوَفَّنِيْ مُسْلِمًا وَّاَلْحِقْنِيْ بِالصّٰلِحِيْنَ
Rabbi qad ātaitanī minal-mulki wa ‘allamtanī min ta'wīlil-aḥādīṡ(i), fāṭiras-samāwāti wal-arḍ(i), anta waliyyī fid-dun-yā wal-ākhirah(ti), tawaffanī muslimaw wa alḥiqnī biṣ-ṣāliḥīn(a).
Tuhanku, sungguh Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kekuasaan dan telah mengajarkan kepadaku sebagian takwil mimpi. (Wahai Tuhan) pencipta langit dan bumi, Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat. Wafatkanlah aku dalam keadaan Muslim dan gabungkanlah aku dengan orang-orang saleh.” (QS Yusuf Ayat 101)