Sutradara dan Produser Razi Jafri Ungkap Tantangan Menjadi Sineas Muslim di Amerika
Razi Jafri merupakan salah satu sutradara film dokumenter Hamtramck, USA.
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sutradara dan produser Razi Jafri mengungkap tantangan yang dia hadapi selama berkiprah menjadi sineas Muslim di Amerika Serikat. Menurut Jafri, ada banyak kendala yang dia hadapi selama menjadi filmmaker, khususnya yang fokus di bidang dokumenter.
"Menurut saya, dalam industri film, ada banyak tantangan seputar representasi. Jadi tidak banyak aktor/aktris Muslim atau sutradara, penulis di TV, film, dan dokumenter. Kami memiliki kelompok kecil, komunitas kecil. Saya harap ini terus berkembang," ujarnya kepada Republika.co.id.
Meski demikian, Jafri berpendapat kelompok kecil sineas Muslim itu tetap bisa memberikan dampak. Ada pembuat film, penulis, sutradara, dan produser Muslim yang sudah sangat sukses. Mereka saling membantu serta menjadi mentor untuk generasi berikutnya.
Jafri berkata sosok-sosok sineas Muslim "senior" yang dia hormati itu, yang karyanya banyak diakui dan/atau menyabet berbagai penghargaan, telah menciptakan jalan sehingga apa yang dia lalui lebih mudah. Dia pun hendak melakukan hal yang sama.
Sineas yang mengarahkan film dokumenter Hamtramck, USA bersama Justin Feltman itu berharap apa yang dia lakukan saat ini bisa membuat sineas Muslim dari Gen-Z atau Gen-Alpha yang akan datang memiliki peluang yang lebih baik. Begitu pun jalan serta pekerjaan generasi berikutnya di industri film jadi lebih mudah.
//Hamtramck, USA// karya Jafri mengisahkan kehidupan dan demokrasi di Hamtramck, kota mayoritas Muslim pertama di AS. Pria keturunan India itu juga memproduseri film dokumenter //Three Chaplains//, tentang tiga rohaniwan dan rohaniwati Muslim yang berupaya mewujudkan lebih banyak kebebasan di militer AS. Karya Jafri yang lain termasuk Rouge (sebagai produser) dan Untitled Yemeni Refugee Project (sebagai sutradara).
Walau ada tantangan besar soal representasi, stereotipe, dan peluang bagi para pembuat film Muslim, namun pada saat yang sama, Jafri menyebut ada juga beberapa peluang unik yang tersedia bagi sineas Muslim. Misalnya, beberapa yayasan yang secara khusus mendukung para filmmaker Muslim.
Kedatangan Jafri ke Indonesia merupakan bagian dari rangkaian acara American Film Showcase (AFS) yang digagas oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta. Film Jafri diputar di beberapa kota di Indonesia, serta terdapat kegiatan lokakarya, pengembangan keterampilan filmmaker, dan diskusi.
Menurut Jafri, film dapat memainkan peran yang sangat besar dalam menghubungkan umat manusia. Dia yakin American Film Showcase adalah salah satu program yang mencoba melakukan hal itu. "Saya melihatnya bukan sekedar program pertukaran budaya, tapi sebagai program pembangunan perdamaian," kata Jafri.
Program AFS adalah upaya pemerintah AS untuk menumbuhkan pemahaman agama dengan menampilkan kisah keberagaman agama di AS. Inisiatif itu merupakan wujud komitmen Kedutaan Besar AS untuk merayakan dan merangkul tradisi keagamaan di seluruh dunia dan menggemakan perayaan 75 tahun hubungan AS-Indonesia dengan tema keberagaman, demokrasi, dan kemakmuran.
"Dengan menggunakan media film yang kuat, kami berupaya melibatkan penonton dalam percakapan bermakna tentang keindahan dan kompleksitas berbagai isu. Melalui program ini, kami berharap dapat melihat lebih banyak kolaborasi antara perusahaan film dan institusi pendidikan di bidang ini dan industri kreatif lainnya," ungkap Atase Kebudayaan Kedutaan Besar AS di Jakarta, Emily Norris.