Kemenkes: Peningkatan Kasus DBD Dilaporkan di Hampir Semua Provinsi

Siklus kehidupan nyamuk dari bertelur menjadi nyamuk dewasa menjadi lebih cepat.

ANTARA FOTO/Dhimas Budi Pratama
Petugas melakukan pengasapan (fogging) guna mencegah penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD) akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti, di Mataram, NTB, Rabu (13/3/2024). Pengasapan oleh Dinas Kesehatan Kota Mataram itu merupakan tindak lanjut temuan kasus DBD yang kini tengah mengalami tren peningkatan dengan jumlah 130 kasus terhitung sejak pekan ke-9 tahun 2024.
Rep: Ronggo Astungkoro Red: Agus raharjo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan, kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia sejak Januari hingga Maret 2024 mengalami peningkatan lebih dari dua kali lipat dari periode yang sama pada tahun sebelumnya. Menurut Kemenkes, peningkatan hampir terjadi di seluruh provinsi.

Baca Juga


"Hampir seluruh provinsi melaporkan walau di daerah seperti Papua dan Papua Barat, Maluku dan Maluku Utara didomininasi malaria," ujar Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi kepada Republika.co.id, Jumat (22/3/2024).

Menurut Nadia, kasus DBD pada periode pekan yang sama tahun 2023 lalu ada sekitar 17 ribu kasus. Pada periode pekan yang sama hingga Maret 2024 terjadi peningkatan kasus mencapai angka sekitar 35 ribu kasus. Peningkatan kasus itu terjadi lebih dua kali lipat dari tahun sebelumnya.

"Memang ada peningkatan kasus pada minggu yang sama tahun 2023 itu ada 17 ribu. Saat ini minggu yang sama ada 35 ribu," tegas dia.

Pada kesempatan lain, Nadia menjelaskan, sejumlah faktor meningkatnya jumlah kasus DBD di antaranya yakni karena perubahan iklim yang juga berpengaruh pada penyakit, salah satunya demam berdarah.

"Salah satunya seperti DB ini karena perubahan ada El Nino, pergeseran dari musim kemarau yang memanjang menjadi musim hujan, makanya deman berdarah kita lihat terjadi peningkatan," ujar Nadia di gedung Bina Graha, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (22/3/2024).

Nadia menjelaskan, hal tersebut turut mempengaruhi nyamuk. Di mana, kata dia, siklus kehidupan nyamuk dari bertelur menjadi nyamuk dewasa juga menjadi lebih cepat. Sebab itu, dia melihat peningkatan kasus itu terjadi faktornya karena beberapa hal.

Selain itu, Nadia juga menyoroti kurangnya gerakan pemberantasan sarang nyamuk dengan melakukan 3M. Ia menjelaskan, setelah pandemi Covid-19 berakhir, kegiatan masyarakat kembali normal. Namun kebiasaan untuk melakukan bersih-bersih rumah dan lingkungan justru tidak kembali ditingkatkan.

Kondisi ini diperparah dengan faktor perubahan cuaca dan iklim yang juga berpengaruh terhadap siklus hidup nyamuk. Siti Nadia memperkirakan kasus DBD akan mencapai puncaknya pada April.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler