WHO: Tinggal 10 Rumah Sakit di Gaza yang Beroperasi

Israel terus mengepung rumah sakit di Gaza.

EPA-EFE/MOHAMMED SABER
Patients undergo dialysis at Al-Aqsa Hospital in Deir Al Balah, Gaza Strip, 17 March 2024. The hospital offers treatment to more than 700 internally displaced Palestinians from northern and southern Gaza suffering from kidney failure. While patients in Gaza used to receive dialysis treatment on an average of four-hour sessions three times per week, doctors at Al-Aqsa hospital confirm that patients in need of dialysis can currently only receive treatment in the form of a two-hour session once a week. More than 31,500 Palestinians and over 1,300 Israelis have been killed, according to the Palestinian Health Ministry and the Israel Defense Forces (IDF), since Hamas militants launched an attack against Israel from the Gaza Strip on 07 October 2023, and the Israeli operations in Gaza and the West Bank which followed it.
Rep: Lintar Satria  Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan hanya 10 dari 36 rumah sakit di Jalur Gaza yang masih beroperasi. Hal ini disampaikan setelah Rumah Sakit al-Amal di Khan Younis berhenti berfungsi pada Selasa (26/3/2024) lalu.

Baca Juga


"Sistem kesehatan hampir tidak bisa bertahan," kata Sekretaris Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus di media sosial X seperti dikutip Aljazirah, Kamis (28/3/2024).

Pada awal pekan ini pasukan Israel mengepung Rumah Sakit al-Amal dan Nasser sambil terus menekan pengepungan di Rumah Sakit al-Shifa di Kota Gaza yang merupakan kompleks medis terbesar di Jalur Gaza. Masyarakat Bulan Sabit Merah (PRCS) mengatakan salah satu stafnya tewas ketika tank Israel tiba-tiba menyerbu sekitar dua rumah sakit di tengah pengeboman dan tembakan senjata berat.

"Sekali lagi, WHO menuntut diakhirinya serangan ke rumah sakit-rumah sakit di Gaza dan menyerukan perlindungan pada staf kesehatan, pasien dan warga sipil," kata Tedros.

Setelah jaringan media Aljazirah menyiarkan video yang menunjukkan dua pria tak bersenjata ditembak dan jenazah mereka dilindas buldozer tentara Israel di utara Gaza, PRCS mendesak masyarakat internasional untuk menuntut pertanggungjawaban Israel.

"Peristiwa brutal dan mengerikan ini karena kita sedang melihat pembunuhan ekstrayudisial," kata juru bicara PRCS Nebal Farsakh.

Ia menambahkan sudah sangat jelas Israel mencoba untuk menutupi bukti. "Israel berhasil lolos karena kebungkaman masyarakat internasional. Berapa ribu lagi rakyat Palestina yang dibunuh sebelum dunia mengambil langkah serius untuk meminta pertanggungjawaban Israel dan melakukan gencatan senjata segera dan berkelanjutan?” tambahnya.

Farsakh mengatakan situasi di lapangan di Gaza semakin buruk. Israel melanjutkan serangan yang disengaja ke pekerja kemanusiaan dan warga sipil. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler