Kemenkes Sebut Kasus DBD Trennya Alami Peningkatan, Tertinggi Bandung Hingga 1.741 Kasus

Ada tiga daerah dengen angka kasus di atas 1.000 kasus

Republika/Thoudy Badai
Pewarat mengecek saturasi oksigen pasien demam berdarah dengue
Rep: Ronggo Astungkoro Red: Arie Lukihardianti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Tren peningkatan kasus demam berdarah dengue (DBD) di berbagai wilayah di Indonesia saat ini masih ada. Menurut Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi, berdasarkan data yang dia berikan, tiga kasus terbanyak tercatat di Kota Bandung, Kota Kendari, dan Kabupaten Bandung Barat.

Baca Juga


“Masih ada tren peningkatan kasus (DBD),” kata Nadia kepada Republika, Kamis (28/3/2024).

Dari data yang dia berikan pada pukul 20.00 WIB, ada tiga daerah dengen angka kasus di atas 1.000 kasus. Tertinggi ada di Kota Bandung, Jawa Barat, dengan jumlah 1.741 kasus. Tertinggi kedua di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, dengan jumlah 1.195 kasus. Tertinggi ketiga di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, dengan 1.143 kasus.

Nadia mengatakan, penanganan kasus-kasus DBD di berbagai wilayah tersebut memerlukan peranan pemerintah daerah setempat untuk mulai melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Kemenkes, kata dia, mengingatkan melalui surat edaran untuk meminta daerah mengambil tindakan dan edukasi kepada masyarakat.

“Ini peranan dari pemerintah daerah untuk mulai melakukan PSN. Kita mengingatkan melalui SE untuk daerah mengambil tindakan sekaligus edukasi ke masyarakat supaya waspada dan melakukan PSN dan perilaku hidup bersih dan sehat,” katanya.

Di samping itu, Direktur Pusat Kedokteran Tropis Universitas Gadjah Mada (UGM), Riris Andono Ahmad menyoroti soal meningkatnya kasus DBD di Indonesia. Tidak hanya di Indonesia, secara global kasus DBD di Brazil bahkan sudah tercatat mencapai 1 juta kasus dari awal tahun lalu. "DBD memang sedang mengalami trend peningkatan," kata Riris kepada Republika, Rabu (27/3/2024). 

Menurutnya peningkatan kasus DBD kemungkinan besar terjadi akibat dampak El Nino. Adanya El Nino menyebabkan peningkatan suhu global maupun curah hujan yang cukup besar di ujung el Nino. "Penelitian epidemiologis telah menunjukkan bukti bahwa El Nino menyebabkan meningkatnya risiko penularan dengue," katanya.

Riris menepis anggapan yang menyebut bahwa teknologi wolbachia tak efektif dalam menurunkan kasus DBD. Ia menjelaskan bahwa daerah yang mendapatkan intervensi Wolbachia baru di daerah yakni Yogyakarta, Sleman dan Bantul. "Meskipun ada lonjakan kasus dengue, tetapi tidak terlalu besar dibandingkan daerah lain," ungkapnya.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler