Jokowi Ungkap Potensi Krisis di Berbagai Negara, Terutama Negara Maju

Jokowi mencontohkan Jerman yang memiliki potensi resesi yang mencapai 72 persen.

Republika/Edwin Dwi Putranto
Presiden Joko Widodo menggelar buka puasa bersama para menteri Kabinet Indonesia Maju di Istana Negara, Jakarta, Kamis, (28/3/2024). Sejumlah menteri dan pejabat tinggi negara tampak hadir pada acara buka puasa tersebut, termasuk Presiden terpilih 2024-2029, Prabowo Subianto yang duduk satu meja bersama Presiden Joko Widodo. Pada acara itu Wakil Presiden Maruf Amin memberikan ceramah sebelum berbuka puasa. Acara ditutup dengan tausiyah dan doa dari penceramah Gus Mifthah.
Rep: Dessy Suciati Saputri Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan, potensi terjadinya krisis saat ini dihadapi di hampir semua negara, terutama negara-negara maju. Ia kemudian mencontohkan Jerman yang memiliki potensi mengalami resesi yang mencapai 72 persen, sedangkan Uni Eropa memiliki probabilitas 60 persen mengalami resesi.

Baca Juga


"Kita tahu potensi krisis sekarang ada di mana-mana, hampir semua negara. Negara maju terutama sekarang ini betul-betul ada pada tantangan itu negara besar di dunia. Jerman misalnya probabilitas untuk mengalami resesi sudah di angka 72 persen," kata Jokowi di Kongres HIKMAHBUDHI XII tahun 2024 di Jakarta Utara, dikutip pada Sabtu (30/3/2024).

Sebelumnya, resesi juga telah dialami beberapa negara maju seperti Jepang dan juga Inggris. Jokowi pun bersyukur karena probabilitas Indonesia untuk masuk resesi masih sebesar 1,5 persen.

Kendati demikian, ia mengingatkan adanya berbagai tantangan berat yang dihadapi Indonesia dan banyak negara lainnya yang harus diwaspadai. "Tantangan-tantangan seperti itu kadang kita tidak sadar karena kita masih berada pada posisi normal," ucapnya.

Jokowi menyebutkan tantangan rivalitas dan geopolitik yang harus dikalkulasi, mengingat masih terjadinya perang di Ukraina, Gaza, maupun di Yaman. Selain itu, ada juga tantangan kebijakan proteksionis global, di mana semua negara kini melakukan proteksi.

"Entah dengan embargo, sanksi restriksi, semuanya dan kalau kita hitung 2014 masuk ke 2023 sudah naik 3 kali. Negara-negara yang proteksionis dan penggunaan fiskal dalam perang," lanjut dia.

Dunia pun masih harus dihadapkan dengan tantangan perubahan iklim yang semakin masif dan sulit dikalkulasi. Jokowi mencontohkan, El Nino yang terjadi menyebabkan penurunan produktivitas pertanian di banyak negara, sehingga berdampak pada pasokan beras.

Bahkan menurutnya saat ini sudah ada 19 negara yang telah mengurangi ekspor berasnya dan lima negara benar-benar menghentikan total ekspornya. "Sehingga negara dengan penduduk besar banyak mengalami kesulitan untuk mencari pangan untuk rakyatnya," ujarnya.

Selain itu, Jokowi juga mengingatkan bahwa Indonesia memiliki peluang besar menjadi negara maju saat puncak bonus demografi sekitar tahun 2030 mendatang. Menurut Jokowi, bonus demografi merupakan kesempatan langka yang harus dimanfaatkan untuk melakukan lompatan menjadi negara maju.

Salah satunya yakni dengan konsisten melakukan hilirisasi dan juga masuk ke digitalisasi ekonomi hijau. "Kita konsisten terus ke arah itu, saya yakin Indonesia emas 2045 bukan sesuatu yang sulit kita dapatkan," lanjut RI 1 itu.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler