Usai Ngaku Sedih atas Penderitaan Gaza, Biden Justru Pasok Bom untuk Israel

Washington Post melaporkan AS menandatangani pengiriman bom untuk Israel.

EPA-EFE/DAVID BECKER
Joe Biden.
Rep: Lintar Satria Red: Didi Purwadi

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, mengaku merasakan 'rasa sakit yang dirasakan' banyak warga Arab-Amerika selama perang Israel di Gaza dan dukungan AS pada Israel. Operasi militer Israel membuat banyak warga Arab, muslim dan aktivis anti-perang AS marah dan kecewa.


Banyak warga muslim dan Arab di AS mendesak presiden dari Partai Demokrat itu untuk mendesak gencatan senjata segera dan berhenti menjual senjata ke Israel. Biden didesak menggunakan pengaruhnya untuk melindungi warga sipil dan mengatasi krisis kemanusiaan di Gaza.

''Kami harus berhenti sejenak untuk merenungkan rasa sakit yang dirasakan begitu banyak komunitas Arab Amerika selama perang di Gaza," kata Biden di pernyataan dalam rangka 'Bulan Warisan Arab Amerika' yang dirilis Gedung Putih, Jumat (29/3/2024).

Ia menambahkan "sangat sedih" dengan penderitaan rakyat Gaza. Namun beberapa jam setelah pernyataan Biden, surat kabar AS, Washington Post melaporkan pemerintahannya menandatangani pengiriman bom dan pesawat tempur tambahan senilai miliaran dolar ke Israel.

Israel salah satu penerima bantuan luar negeri terbanyak AS. Washington juga berkali-kali memveto resolusi gencatan senjata Gaza di Dewan Keamanan PBB sebelum akhirnya abstain pada bulan ini.

Sejak 2021 lalu sampai April mendatang pemerintah Biden mengeluarkan pernyataan dalam rangka Bulan Warisan Arab Amerika. Pernyataan tahun ini lebih panjang dari tahun-tahun sebelumnya karena komitmen Biden pada perang di Gaza.

Beberapa bulan terakhir banyak warga muslim dan Arab Amerika yang didukung komunitas lainnya, menggelar unjuk rasa mendesak gencatan senjata di Gaza termasuk di bandara-bandara, jembatan New York, di Los Angeles dan depan Gedung Putih.

Para pengunjuk rasa kerap mengganggu pidato Biden di kampanye-kampanye pemilihan presiden. Termasuk di penggalangan dana di New York pada Kamis (28/3/2024) lalu.

Mereka meminta Biden memenuhi tuntutan mereka atau akan kehilangan dukungan di pemilihan presiden bulan November mendatang. Masyarakat Arab dan Muslim tampaknya tidak mendukung mantan Presiden Donald Trump, tapi pengamat menilai komunitas itu dapat menjadi golongan putih sehingga Biden kehilangan suara yang sangat penting baginya.

Komunitas Arab dan muslim berkontribusi besar pada kemenangan Biden di pemilihan presiden 2020 lalu.

Biden mengatakan ia meningkatkan upaya untuk mengirim lebih banyak bantuan ke Gaza, membebaskan sandera yang diculik Hamas dan segera memberlakukan gencatan senjata jangka panjang setidaknya selama enam pekan.

Biden juga mengatakan warga Amerika keturunan Arab  menjadi target kejahatan kebencian, sambil mencatat penikaman fatal pada bulan Oktober terhadap seorang anak berusia 6 tahun asal Palestina bernama Wadea Al-Fayoume di Illinois, penembakan terhadap tiga orang mahasiswa keturunan Palestina di Vermont pada bulan November, dan penikaman terhadap seorang pria Amerika keturunan Palestina pada bulan Februari di Texas.

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan serangan militer penjajah Israel ke Gaza sudah menewaskan lebih dari 32.000 orang, membuat hampir seluruh penduduknya yang berjumlah 2,3 juta jiwa mengungsi, dan membuat kantong pemukiman itu berada di ambang kelaparan.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler