Faisal Basri Sebut BLT El Nino Hanya untuk Tingkatkan Suara

Tim AMIN menghadirkan tujuh ahli dan 11 saksi dalam sidang tersebut.

Wihdan Hidayat/Republika
Pengamat Ekonomi Faisal Basri memberikan paparan saat Indonesia Economic and Financial Sector Outlook (IEFSO) 2018 di Jakarta, Kamis (7/12). Pada acara ini membahas peluang pertumbuhan perekonomian di tahun depan. Dibawah bayang hutang luar negeri yang bertambah.
Rep: Eva Rianti Red: Agus raharjo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ekonom Faisal Basri menyebut bahwa bantuan langsung tunai (BLT) El Nino dimanfaatkan untuk meningkatkan suara paslon tertentu yang didukung pejawat dalam Pilpres 2024. Hal itu disampaikan oleh Faisal saat bersaksi menjadi ahli dalam sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) di Gedung Mahmakah Konstitusi (MK), Jakarta Pusat, Senin (1/4/2024).

Baca Juga


Tudingan tersebut diungkap oleh Faisal dengan mengomparasikan kondisi cuaca yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir, mengutip kompilasi data BMKG, BPS, dan BRIN. Faisal menyampaikan, dibanding tahun-tahun sebelumnya, el nino pada 2023 sebenarnya sudah mereda.

Bencana seperti kekeringan, jumlah banjir, dan cuaca ekstrem justru lebih parah pada 2021 dibandingkan 2023. Namun, bantuan el nino justru diadakan saat menjelang Pemilu 2024.

“Jadi nyata bahwa El Nino ini kebutuhan untuk meningkatkan suara. Only that. Dari segi data itu, ini yang sangat memilukan dan seolah-olah kita semua bodoh,” kata Faisal dalam persidangan yang dipimpin oleh Ketua MK Suhartoyo di Gedung MK, Jakarta, Senin.

Lantas, dalam praktiknya, adanya BLT El Nino dianggap merupakan upaya untuk memenuhi kepentingan melancarkan kemenangan paslon tertentu dalam Pemilu 2024. Sebab, dalam penggelontorannya pun dilakukan dengan teknik tertentu untuk mencari ‘panggung’.

“Karena ingin diciptakan panggung-panggung baru, enggak cukup digelontorkan lewat mekanisme yang ada, tapi harus ditunjukkan ‘nih yang ngasih’, ada pesan tertentu, dan sebagainya. Jadi panggung-panggung yang diciptakan itu untuk memastikan efektivitas bansos ini semaksimal mungkin,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Faisal juga menyinggung mengenai kebijakan impor 3 juta ton beras, sementara penurunan hasil panen di dalam negeri hanya 600 ribu ton. Di samping itu, justru harga beras malah melonjak mencapai level tertinggi sepanjang sejarah menurut data BPS, padahal harga beras di pasar internasional turun.

“Seolah-olah kita mau kiamat, diimporlah 3 juta ton beras padahal penurunan produksinya 600 ribuan ton. Apa yang ada di kepala mereka itu? ‘Oh siapa tahu nanti dua putaran masih bisa nih ada stok buat bagi-bagi beras’. Jadi penuh dengan siasat yang menurut saya sudah keterlaluan, terlalu vulgar,” ujar dia.

Diketahui, sidang PHPU pada Senin (1/4/2024) merupakan sidang ketiga dalam gugatan sengketa Pemilu yang dilayangkan Tim Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar ‘AMIN’. Agenda pada sidang kali ini adalah mendengarkan keterangan saksi dan ahli dari pemohon. Tim AMIN menghadirkan tujuh ahli dan 11 saksi dalam sidang tersebut. Sidang dipimpin oleh Ketua MK Suhartoyo, hadir pula tujuh hakim konstitusi lainnya tanpa Anwar Usman.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler