Anak Kena 'Flu Singapura', Dokter: Jangan Masuk Sekolah 5-7 Hari

Balita lebih rentan terkena flu singapura.

www.pixabay.com
Anak sakit (ilustrasi). Lesi flu singapura baru akan hilang setelah sekitar tujuh hari.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang tua perlu mewaspadai penyakit hand, foot and mouth disease (HFMD) alias penyakit tangan, kaki, dan mulut. Penyakit yang lebih dikenal dengan julukan flu singapura itu mudah menular pada anak usia di bawah lima tahun, sementara orang dewasa juga bisa kena meski sangat jarang.

Agar anak lain tak tertular, Prof. Dr. dr. Edi Hartoyo Sp.A(K) menyerukan agar anak yang menderita HFMD perlu diisolasi. Anak harus izin dari sekolah selama kurang lebih lima hingga tujuh hari.

Flu singapura, lanjut Prof Edi, bisa sembuh dengan sendirinya dalam dua hingga tiga hari. Hanya saja, lesinya baru akan hilang setelah sekitar tujuh hari.

Pada anak yang menderita flu singapura, Prof Edi menganjurkan pengobatan simtomatik, misalnya dengan pemberian obat pereda demam jika suhu badan anak naik. Selain itu, pastikan agar anak istirahat yang cukup.

Sampai saat ini, menurut Prof Edi, vaksinasi untuk HFMD belum ada di Indonesia. Pencegahannya sama seperti saat pandemi, yakni menjaga kebersihan, sering mencuci tangan terutama jika kontak dengan penderita, sanitasi peralatan makan atau mainan anak yang terkena flu singapura dan penuhi asupan gizi anak.

"Penuhi asupan gizi serta cairan untuk menjaga daya tahan tubuh anak agar tak mudah tertular flu singapura," tutur dokter spesialis anak lulusan Universitas Gajah Mada ini dalam diskusi daring yang diikuti, Selasa (2/4/2024).

Profesor Edi mengatakan flu singapura yang oleh infeksi coxsackie virus A16 (cox 16) dan enterovirus 71 (EV 71). Keduanya termasuk dalam kelompok virus RNA yang menyebabkan lesi pada telapak tangan, telapak kaki, dan mulut.

Baca Juga



"Definisi flu singapura adalah kumpulan gejala adanya lesi kulit memerah terutama di telapak tangan, kaki dan mulut, yang disebabkan virus dan banyak menyerang bayi dan balita usia kurang dari lima tahun, yang jadi faktor risiko anak kurang dari lima tahun," kata Prof Edi.

Prof Edi mengatakan penularan HFMD hampir sama dengan Covid-19, yakni adanya kontak dengan penderita atau droplet. Penularan bisa terjadi secara langsung misalnya karena batuk, bersin, terkena air liur secara oral, dan dari kotoran atau feses.

Sementara penularan kontak tidak langsung juga bisa terjadi karena penggunaan handuk dari anak yang terkena flu singapura hingga menyentuh mainan atau peralatan dari anak yang terinfeksi. Bisa dikatakan, HFMD sangat mudah menular baik secara kontak langsung maupun tidak langsung terutama pada anak.

Penularan terjadi saat virus masuk ke saluran pernapasan dan diteruskan ke faring atau tenggorokan, masuk ke usus, dan memperbanyak diri. Virus kemudian menyebar ke kelenjar limfe dalam waktu 24 jam, dan akhirnya muncul gejala lentingan pada kulit di sekitar mulut dan telapak tangan dan kaki.

"Gejalanya lesi di telapak tangan, kaki, mulut 100 persen, demam 72 persen, nyeri, sulit makan karena seperti sariawan, pilek, nyeri menelan, tapi tidak semua harus di kaki, tangan mulut, bisa seluruh badan 39 persen, dibuktikan dengan hasil PCR dari lokasi ditemukan lesi," jelas Prof Edi.

Untuk memastikan virus Flu Singapura bisa diperiksa dengan melihat sampel melalui laboratorium dengan menggunakan sampel tinja, usap rektal, atau usap ulkus di mulut atau tenggorokan dengan metode PCR.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler