Nyaris Meninggal Gara-Gara Minum Air Es, Pria AS Anjurkan Kenali Sinyal Tubuh
Seorang pria asal AS hampir meninggal dunia setelah minum air es.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Franklin Aribeana, seorang pria asal Houston, Texas, Amerika Serikat, merupakan pengidap penyakit jantung. Dia bercerita bahwa meminum air dingin pernah membuatnya hampir meninggal dunia.
Peristiwa itu terjadi 15 tahun sebelum Aribeana mengetahui dia mengidap penyakit jantung dan belum menyadari dia memerlukan operasi jantung. Tepatnya, saat dia baru berusia 18 tahun.
Suatu ketika, Aribeana sedang berolahraga di gym. Dia meneguk air sedingin es dan langsung merasakan gejala tak biasa, yakni jantungnya mulai berdebar kencang.
"Saya belum pernah mengalami itu sebelumnya. Saat saya kembali duduk, saya merasakan bunyi detak ganda," kata Aribeana, dikutip dari laman ABC13, Rabu (10/4/2024).
Peristiwa pertama itu lantas berubah menjadi kunjungan ke ruang gawat darurat selama bertahun-tahun. Dia menjalani berbagai pengobatan, serta pemeriksaan ke rumah sakit selama lebih dari 20 kali.
Pengujian genetik mengungkap bahwa Aribeana, saudara perempuannya, dan ayah mereka mengalami mutasi gen yang dapat memicu fibrilasi atrial. Itu adalah suatu kondisi di mana jantung berdetak tidak seirama.
Dalam kasus Aribeana, fibrilasi atrial yang dia alami dipicu ketika air dingin menyentuh saraf vagus di belakang tenggorokannya. Saraf vagus berjalan dari otak ke dada dan berfungsi mengatur detak jantung.
Dokter yang menangani Aribeana, Khashayar Hematpour, mengatakan pemicu seperti yang dialami Aribeana jarang terjadi. Begitu pula gejalanya yang berlebihan, namun berperan dalam diagnosisnya di awal kehidupan.
"Kondisi serupa mungkin menimbulkan gejala yang tidak kentara. Beberapa orang mungkin merasa sedikit lelah lebih dari biasanya, mungkin merasa sesak napas dan nyeri dada," ujar Hematpour.
Gejala yang lebih umum dan tidak kentara dapat mengarah pada diagnosis di kemudian hari. Aribeana berhasil menjalani ablasi, prosedur yang membakar hubungan antara saraf vagus dan jantung.
Pada akhir Maret, Aribeana dinyatakan pulih sepenuhnya dan tidak lagi dirawat di rumah sakit, meskipun masih menjalani pengobatan. Dia dan dokternya berpesan agar semua orang selalu mendengarkan tubuh dan tidak ragu memeriksakan diri jika merasakan gejala yang tidak biasa.