Ahli Gizi Ingatkan Bahaya Konsumsi Makanan Berlemak Secara Berlebihan Saat Lebaran
Pada Hari Raya Idul Fitri, biasanya terjadi makanan berlemak seperti opor dan gulai.
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ahli gizi Universitas Airlangga (Unair) Lailatul Muniroh mengingatkan masyarakat untuk tidak mengkonsumsi makanan tinggi lemak secara berlebihan saat merayakan hari raya Idul Fitri 2024. Terlebih bagi masyarakat yang memiliki riwayat kadar kolesterol tinggi.
Mengingat, pada hari raya Idul Fitri biasanya tersaji sejumlah hidangan tinggi lemak seperti opor ayam, rendang, dan sebagainya. Lailatul mengatakan, boleh saja mengkonsumsi makanan berlemak, tapi harus paham batasannya. Karena kelebihan kandungan lemak dalam tubuh akan menyebabkan kadar kolesterol meningkat.
"Meski boleh konsumsi lemak tapi harus paham batasan, sehingga tidak terlalu banyak konsumsi lemak," kata dia, Kamis (4/4/2024).
Lailatul menjelaskan, batas konsumsi lemak dalam sehari sekitar 25 sampai 30 persen kalori. Misal dalam sehari tubuh butuh rata-rata 2.000 kkal, berarti kebutuhan lemaknya 500 kkal, atau setara 55,5 gram lemak. Artinya, jika mengkonsumsi lemak dengan kadar tidak lebih dari 55,5 gram masih aman.
"Tapi perlu memperhatikan jenis lemaknya, pilih lemak yang tidak jenuh," ucapnya.
Lailatul pun mengungkapkan alternatif untuk bisa menikmati hidangan lebaran seperti biasa, dengan kandungan lemak yang lebih rendah. Dimana bisa menggunakan dada ayam tanpa kulit untuk menu opor ayam, atau daging sapi tanpa lemak untuk menu rendang.
"Selain itu jangan lupa kombinasi sayur dan buah yang kaya serat, serta perbanyak minum air putih. Jadi tidak hanya makan yang bersantan dan berlemak saja," kata dia.
Lailatul menambahkan, makanan yang mengandung kolesterol tetap bermanfaat bagi tubuh. Tapi dengan catatan kolesterol tersebut merupakan kolesterol baik. Kolesterol baik yang dimaksud terkandung dalam alpukat, telur, hingga jenis minyak tertentu.
"Lemak telur itu masih aman, terutama kuning telur. Meskipun kuning telur mengandung kolesterol tinggi tapi tidak harus dihindari, hanya perlu ada batasan. Kalau bahan minyak alternatifnya seperti olive oil atau minyak jagung lebih sehat," ujarnya.