Studi: Manusia Lebih Sering Tularkan Virus ke Hewan

Hewan yang paling terdampak oleh anthroponosis adalah peliharaan seperti kucing.

Republika/Prayogi
Pekerja mengajak kucing bermain di jasa penitipan hewan, Jakarta, Kamis (4/4/2024). Menurut sebuah studi terbaru, manusia dua kali lebih sering menularkan virus kepada hewan dibandingkan sebaliknya.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa penyakit mematikan yang mengintai manusia berasal dari patogen yang berpindah dari hewan ke manusia. Salah satunya adalah virus penyebab AIDS yang ditularkan dari simpanse kepada manusia. Siapa sangka, "pertukaran patogen" ini tak hanya terjadi satu arah saja.

Baca Juga


Menurut sebuah studi terbaru, manusia dua kali lebih sering menularkan virus kepada hewan dibandingkan sebaliknya. Temuan ini terungkap setelah tim peneliti menganalisis hampir 12 juta genom virus dan mendeteksi hampir 3.000 contoh virus yang berpindah dari satu spesies ke spesies lain.

Dari sekitar 3.000 virus tersebut, sebanyak 79 persennya mengalami perpindahan dari satu spesies hewan ke spesies hewan lainnya. Sedangkan 21 persen sisanya merupakan virus yang berpindah dari manusia ke hewan atau sebaliknya.

Di antara virus-virus yang bertransmisi dengan melibatkan manusia dan hewan ini, sebanyak 64 persennya merupakan virus yang menular dari manusia ke hewan. Lalu 36 persen sisanya adalah virus yang menular dari hewan ke manusia.

Penyakit yang ditularkan dari manusia ke hewan dikenal dengan istilah penyakit anthroponosis. Sebaliknya, penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia dikenal sebagai penyakit zoonosis.

Menurut studi, hewan yang paling terdampak oleh anthroponosis adalah hewan peliharaan seperti kucing dan anjing, hewan yang didomestikasi seperti babi, kuda, dan sapi, unggas seperti ayam dan bebek, primata seperti simpanse, gorila dan monyet lolong, serta satwa liar seperti rakun, black tufted marmoset, dan tikus berbulu lembut Afrika. Dari kelompok-kelompok hewan ini, studi menemukan bahwa hewan yang berpeluang terdampak lebih besar oleh penyakit anthroponosis adalah satwa liar.

"Temuan ini benar-benar menyoroti dampak besar kita terhadap lingkungan dan hewan-hewan di sekitar kita," ujar mahasiswa doktoral di bidang biologi komputasi dari University College London Genetics Institute sekaligus ketua tim peneliti, Cedric Tan, seperti dilansir Reuters pada Kamis (4/4/2024).

Baik manusia maupun hewan dapat menjadi....

Baik manusia maupun hewan dapat menjadi "rumah" bagi banyak mikroba yang bisa melompat atau berpindah ke spesies lain melalui kontak erat. Studi ini semakin memperkuat bukti bahwa transmisi virus bisa melibatkan semua kelompok vertebrata, mulai dari mamalia, unggas, reptil, amfibi, hingga ikan.

"Virus-virus bisa berpindah antarspesies melalui beberapa mode transmisi yang sama seperti pada manusia, termasuk melalui kontak erat dengan cairan tubuh yang terinfeksi, atau melalui gigitan dari spesies lain," jelas Tan.

Namun sebelum virus bisa melompat ke spesies lain, virus tersebut harus memiliki penunjang yang memungkinkan mereka untuk memasuki sel-sel dalam tubuh spesies yang mereka serang. Yang tak kalah menarik, banyak transmisi virus antarspesies yang terjadi secara tak beraturan.

"Pada sebagian besar kasus, infeksi tersebut tidak berkembang karena virus (yang berpindah spesies) tak bisa beradaptasi, sehingga tidak ada transmisi lebih lanjut dari inang yang baru tersebut," ungkap Tan.

Namun dalam sebagian kasus, virus bisa bertahan dan beradaptasi di tubuh spesies baru yang mereka infeksi. Hal ini memungkinkan virus-virus tersebut untuk mulai bersirkulasi dan menyebabkan wabah, epidemi, hingga pandemi, atau bahkan menjadi patogen endemik di suatu wilayah.

Penyakit Zoonosis dan Manusia

Selama ribuan tahun, ada beragam pandemi yang muncul dan merenggut jutaan nyawa manusia. Pandemi-pandemi ini bisa disebabkan oleh virus, bakteri, hingga jamur yang berpindah dari hewan ke manusia.

Hingga saat ini, penyakit zoonosis masih menjadi kekhawatiran bagi kesehatan masyarakat. Terlebih, sebagian besar patogen yang mengancam kesehatan manusia saat ini merupakan patogen yang di masa lalu berasal dari hewan.

Direktur UCL Genetics Institute sekaligus peneliti Francois Balloux menyatakan bahwa ancaman terbesar saat ini bagi manusia adalah flu burung H5N1. Virus yang bersirkulasi di burung-burung liar ini dinilai menjadi ancaman besar karena populasi spesies-spesies inangnya tak memiliki imunitas bawaan terhadap penyakit flu burung tersebut.

Pandemi Covid-19 juga merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2. Virus ini diyakini berpindah dari kelelawar ke manusia dan menyebabkan manusia yang terinfeksi terkena Covid-19.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler