Anak Obesitas Lebih Berisiko Kena Multiple Sclerosis Ketika Dewasa

Risiko multiple sclerosis di usia dewasa meningkat pada anak obesitas.

www.freepik.com
Bayi sedang ditimbang berat badannya. Anak obesitas berisiko mengalami multiple sclerosis saat dewasa.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Obesitas di masa kanak-kanak dapat memberikan dampak jangka panjang yang negatif bagi kesehatan mereka di kemudian hari. Salah satu dampak buruk dari obesitas di masa kanak-kanak adalah meningkatkan risiko multiple sclerosis di usia dewasa.

Menurut studi yang dilakukan oleh tim peneliti di Swedia, anak-anak yang obesitas berpeluang dua kali lipat lebih tinggi untuk terdiagnosis dengan obesitas di usia dewasa. Temuan ini didapatkan setelah tim peneliti di Karolinska Institutet menganalisis data dari Swedish Childhood Obesity Treatment Register.

Selama studi, tim peneliti menganalisis data lebih dari 21.600 anak obesitas berusia 2-19 tahun yang tercatat dalam Swedish Childhood Obesity Treatment Register pada periode 1995-2020. Tim peneliti lalu membandingkan analisis tersebut dengan data dari sekitar 100 ribu anak yang tidak obesitas.

Tim peneliti memantau seluruh anak yang terlibat dalam studi ini dengan durasi rata-rata sekitar enam tahun. Selama periode tersebut, ada 28 anak obesitas atau sekitar 0,13 persen anak obesitas yang terdiagnosis dengan multiple sclerosis. Selain itu, ada 58 anak tanpa obesitas atau sekitar 0,06 persen anak tanpa obesitas yang terdiagnosis dengan multiple sclerosis di periode yang sama.

Berdasarkan data-data ini, analisis statistik menunjukkan bahwa anak dengan obesitas berisiko lebih besar untuk terdiagnosis dengan multiple sclerosis. Risiko ini tampak dua kali lebih besar dibandingkan risiko pada anak-anak tanpa obesitas.

Tim peneliti, yaitu Associate Professor Emilia Hagman dan Profesor Claude Marcus, menilai obesitas bisa mempengaruhi risiko multiple sclerosis karena obesitas dapat menyebabkan peradangan tingkat rendah namun kronis atau jangka panjang. Peningkatan peradangan dalam jangka panjang inilah yang kemungkinan besar memengaruhi risiko multiple sclerosis pada anak obesitas.

"Peradangan tingkat rendah yang kronis juga diyakini meningkatkan risiko sejumlah penyakit lain seperti asma, arthritis, diabetes tipe 1, dan beberapa jenis kanker," lanjut Hagman dan Marcus, seperti dikutip dari Independent pada Ahad (7/4/2024).

Di sisi lain, tim peneliti menyatakan bahwa peningkatan peradangan ini dapat ditanggulangi dengan penurunan berat badan. Ketika berat badan individu obesitas menurun, peradangan yang terjadi dalam tubuh mereka juga ikut berkurang. Penurunan peradangan ini kemungkinan besar akan menurunkan risiko penyakit-penyakit tersebut.

Baca Juga


Mayo Clinic mengungkapkan bahwa multiple sclerosis adalah penyakit yang mengenai otak dan sistem saraf pusat. Multiple sclerosis terjadi ketika sistem imun tubuh menyerang selubung pelindung (myelin) yang melapisi serabut saraf.

Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya masalah komunikasi antara otak dan bagian tubuh lainnya. Seiring berjalannya waktu, multiple sclerosis bisa menyebabkan terjadinya kerusakan permanen dan kemerosotan serabut saraf.

Gejala-gejala multiple sclerosis bisa berbeda pada setiap pasien. Gejalanya akan tergantung pada lokasi dan tingkat keparahan serabut saraf yang rusak di sistem saraf pusat.

Kepala penelitian dari MS Society, Dr Clare Walton, menyatakan bahwa penyebab terjadinya multiple sclerosis belum benar-benar diketahui. Meski begitu, kejadian multiple sclerosis kemungkinan besar dipicu oleh kombinasi antara faktor genetik dan lingkungan, seperti riwayat infeksi virus dan kadar vitamin D yang rendah.

"Kita tahu merokok atau dikategorikan obesitas secara medis juga memainkan peran, tetapi kondisi-kondisi ini tak bisa berperan sendirian dalam menyebabkan terjadinya multiple sclerosis pada seseorang," ujar Dr Walton.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler