Restoran di Kanada Berbagi 1.200 Makanan Gratis Sehari Selama Ramadhan
Meskipun para relawan kelelahan karena berpuasa, suasananya tetap meriah.
REPUBLIKA.CO.ID, MONTREAL -- Selama bulan Ramadhan 1445 H/2024 M, restoran Goût du Bled di Montreal, Kanada, menyiapkan dan mendistribusikan 1.200 makanan sehari kepada umat Islam setempat yang membutuhkan.
Suami Meryem Zemouri adalah pemilik restoran tersebut. Namun, selama bulan Ramadhan, Zemouri bertanggung jawab mengkoordinasikan puluhan relawan dalam shift berbeda di dapur yang bekerja 16 jam sehari.
"Itu adalah ide saya sejak saya masih sangat muda. Itu adalah mimpi bagi saya yang kini menjadi kenyataan," kata Zemouri, dilansir laman CBC, Ahad (7/4/2024).
Setiap sore sekitar pukul 16.30, orang-orang mengantre di sekitar blok untuk mengambil makanan yang dikemas dalam tas untuk dibawa pulang. Hampir semuanya adalah umat Islam yang menjalankan puasa pada siang hari.
"Agama kami mengatakan bahwa selama bulan suci Ramadhan, Anda harus melakukan banyak hal baik. Kamu harus membantu orang lain. Malam harinya ada masyarakat yang membutuhkan yang tidak mampu makan enak, maka kami berikan makanan lengkap ini," kata Zemouri.
Zemouri tinggal di pinggiran pulau Côte Saint-Luc bersama suami dan empat anaknya, namun selama Ramadhan dia tinggal di apartemen dekat restoran di Saint-Léonard agar dia bisa dekat dengan lokasi pembagian makanan.
Ketika CBC berkunjung, ada empat panci besar...
Ketika CBC berkunjung, ada empat panci besar berisi sup sayuran yang mendidih di dapur rubanah yang sempit dan panas. Aroma kayu manis, mint, dan ketumbar menyeruak. Empat panci besar lainnya diisi kentang dan buncis, untuk disajikan bersama ratusan potong ayam goreng yang sudah disiapkan.
Di salah satu sudut, para relawan menyiapkan ratusan roti gulung yang disebut boureks yang terbuat dari daging giling, keju, dan peterseli untuk disantap bersama sup. Di sudut lain, empat relawan lainnya sedang mengupas kentang dan memotong bawang. Di ruang makan di lantai atas, ratusan salad dikemas dalam wadah plastik, sementara seorang sukarelawan membongkar kurma segar yang diimpor dari Aljazair.
Zemouri muncul pada pukul 07.00 setiap hari untuk mulai memasak bersama relawan shift pertamanya. Menjelang sore, semakin banyak relawan yang datang untuk mulai mengemas makanan. Ini adalah waktu favorit Zemouri.
Meskipun para relawan kelelahan karena semuanya berpuasa dan telah bekerja keras selama berjam-jam, suasananya tetap meriah. "Kami tertawa. Kami menari. Kami bernyanyi. Tuhan memberi kami kekuatan. Sungguh luar biasa," kata Zemouri.
Zemouri pulang ke rumah untuk makan malam bersama keluarganya, tapi kemudian dia kembali ke restoran saat kru sukarelawan shift ketiga tiba untuk mulai menyiapkan bahan-bahan untuk hari berikutnya. Dia pulang ke rumah sekitar pukul 03.00 untuk tidur beberapa jam sebelum memulai dari awal lagi.
"Sering kali ketika saya lelah, saya berdiri di depan jendela dan memperhatikan orang-orang yang datang untuk mengambil makanan ini. Itu memberi saya kekuatan untuk hari berikutnya, untuk berbuat lebih banyak lagi," katanya.