Bagi Manusia Normal, Ternyata Mengendarai Mobil Balap F1 Adalah Hal yang Hampir Mustahil

Butuh reaksi setara kucing menghindari serangan ular untuk menyetir F1.

AP Photo/Asanka Brendon Ratnayake
Pembalap Ferrari Carlos Sainz dari Spanyol memacu mobilnya saat Grand Prix Formula Satu Australia di Albert Park, di Melbourne, Ahad (24/3/2024). Carlos Sainz jr, sukses merebut kemenangan pertama musim ini dalam balapan Formula 1 GP Australia 2024 di Sirkuit Albert Park. Posisi kedua ditempati pembalap Ferarri Charles Leclerc dan pembalap McLaren F1 Team, Lando Norris, di posisi ketiga. Sementara Max Verstappen gagal menyelesaikan balapan setelah mobilnya mengalami kerusakan.
Rep: Fitrianto Red: Gilang Akbar Prambadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Diperlukan reaksi super kilat saat seseorang mengemudikan mobil Formula Satu (F1). Sehingga tak semua orang bisa memacu jet darat ini karena harus punya reaksi  sekitar 200 milidetik.

Baca Juga


Untuk reaksi tercepat seorang pembalap F1 dipegang oleh Valteri Botas. Pada tahun 2019 lalu rekor waktu reaksi yang dibukukan Botas adalah 40 milidetik. Ini waktu reaksi yang memungkinkan kucing untuk menghindari serangan ular. 

Sementara itu pedal rem di mobil F1 memerlukan kekuatan 100 kilogram untuk sepenuhnya menggunakan daya remnya. Selain itu saat melakukan pengereman, mobil F1 menghasilkan gaya 5G pada pembalap yang setara dengan mendarat dari lompatan setinggi 2 lantai. 

Hal ini membuat Leher pembalap adalah otot yang paling terlatih. Beban pada leher setara dengan kepala dengan berat 40 kilogram. Itulah mengapa pembalap F1 memiliki leher yang besar. 

Sedangkan Kokpit mobil F1 dapat mencapai suhu 60 derajat Celsius, membuat pembalap mengeluarkan hingga 3 setengah kilogram keringat dan menyebabkan denyut jantung pembalap F1 berada pada 170 hingga 180 denyut per menit selama balapan 90 menit. Jadi kesimpulannya apakah mobil F1 hampir mustahil dikendarai oleh manusia normal. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler