Zionisme Pernah Melemah dan 12 Fakta Seputar Gerakan Zionis Hingga Berdirinya Israel
Berdirinya Israel tak lepas dari gerakan zionisme internasional
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Jalannya berdirinya negara Israel tak lepas dari gerakan zionisme. Zionisme menjadi mesin utama penggerak pendirian negara zionis Israel.
Republika.co.id, mengumpulkan sejumlah fakta tentang zionisme hingga ‘berhasil’ merebut tanah Palestina dan mendirikan Israel. Berikut ini sejumlah faktanya:
1. Ide mengenai ''tanah air'' bagi kaum Yahudi menggelinding pertama kali dari tangan Leon Pinsker pada 1882, lewat buku Auto-Emancipation. Menurutnya, kaum Yahudi harus memiliki ''tanah air'' sendiri setelah mereka terusir dari tanah mereka, ribuan tahun lalu.
2. Ritchie Ovendale dalam jurnal akademis Historian pada 2002 menuliskan, kata Zionis pertama kali mungkin digunakan Nathan Birnbaum dalam artikel pada 1886.
Maknanya, kurang lebih dipahami mereka sebagai ''pendirian kembali'' tanah air Yahudi di Palestina atau yang digagas Birnbaum sebagai Eretz-Israel.
3. Secara politis, zionisme diadopsi Theodore Herzl. Tulisannya, Der Judenstaat (Negeri Kaum Yahudi), terbit pertama kali di Wina, Austria, pada 1896. Ia semakin mengkristalkan ide pendirian tanah air bagi kaum Yahudi. Hingga saat itu, istilah tanah air masih digunakan dan belum menyebut istilah ''negara''. Pilihan Hertzl adalah Argentina atau Palestina.
Mengapa Argentina? Alasannya cukup sederhana. Karena, menurut Herzl, ''kondisi alamnya sebagai salah satu negara terkaya di dunia, wilayahnya yang luas, populasi yang sedikit, dan cuaca yang sedang.''
4. Namun, pilihan jatuh kepada Palestina karena mengacu pada Kitab Perjanjian Lama. Di dalamnya, wilayah Palestina—yang jatuh ke tangan Romawi kemudian berakhir di tangan kekhalifahan Utsmaniyyah—disebut sebagai the Promised Land atau tanah yang dijanjikan.
5. Kongres Zionis pertama di Basel pada 1897 diikuti manuver taktis dari Max Nordau, mengubah istilah tanah air ini menjadi heimmstatte, yang diadopsi sebagai sinonim dari ''negara''. Sepulang dari Basel inilah perkembangan pun pesat. Muncullah World Zionist Organisation, bendera negara, dan "Hatiqfa" sebagai lagu kebangsaan.
6. Herzl meninggal pada 1904. Penerus Herzl, Chaim Weizzman, tinggal di Manchester, Inggris. Pada 1906, ia melakukan pendekatan ke berbagai pihak, termasuk Menteri Luar Negeri Inggris Arthur John Balfour. Sementara, populasi Yahudi di Palestina masih belum mencapai 10 persen dibanding bangsa Arab.
7. Pada 2 November 1917, Kabinet Perang Inggris mengizinkan Balfour memberikan surat simpati pada tujuan zionisme. Surat yang dikenal sebagai Deklarasi Balfour ini menyebutkan, ''His Majesty's Government views with favour the establishment in Palestine of a national home for Jewish People, and will use their best endeavours to facilitate the achievement of this object, it being clearly understood that nothing shall be done which may prejudice the civil and religious rights of existing non Jewish communitie in Palestine, or the rights and political status enjoyed by Jews in any other country.''
Terjemahan surat itu kurang lebih berbunyi, ''Pemerintahan Yang Mulia bersimpati bagi berdirinya sebuah national home di Palestina bagi bangsa Yahudi dan akan mengerahkan daya upaya untuk mendukung tercapainya tujuan ini, juga jelas dipahami bahwa tidak boleh ada tindakan yang dapat menimbulkan prasangka mengenai hak sipil dan religius bagi masyarakat non-Yahudi yang berada di Palestina ataupun hak dan status politik yang sudah dimiliki kaum Yahudi di negara lain.''
8. Di hadapan Kabinet Perang, Balfour berdalih bahwa dukungan ini akan membantu propaganda di Rusia dan Amerika Serikat agar kedua negara itu mendukung Inggris untuk memenangkan Perang Dunia I. Ramalan ini cukup jitu, terutama lobi kaum Zionis di Amerika Serikat amat kuat.
9. Namun, pada 1919, dukungan pada zionisme di Inggris makin melemah. Banyak pendukung zionisme menyadari bahwa tujuan zionisme adalah mendirikan negara di atas Palestina. Sebutan national home dalam Deklarasi Balfour diterjemahkan menjadi state atau negara. Imigrasi kaum Yahudi ke tanah Palestina pun terus dimobilisasi.
10. Naiknya Adolf Hitler menjadi kanselir Jerman pada 1933 meningkatkan imigrasi kaum Yahudi Jerman ke Palestina. Sementara, lobi Zionis terhadap Pemerintah Amerika Serikat semakin ditingkatkan, misalnya, electoral punishment yang mengancam akan menarik dukungan mereka pada pemilu.
Kemenangan kaum Zionis memang di atas angin. Hal ini, tulis Ovendale, karena Zionis didukung oleh mesin propaganda serta akses pada media yang mudah bagi mereka. Bandingkan dengan bangsa Arab yang tak memiliki jalur informasi untuk menyuarakan aspirasi mereka. Kelebihan lainnya adalah dengan menggunakan Holocaust untuk mendulang simpati.
11. Setelah menyerahkan mandat Palestina kepada PBB, pada 1947 Majelis Umum PBB pun melakukan voting pemecahan wilayah Palestina. Zionisme meraih kemenangan lewat Resolusi 181 yang dikenal dengan Partition Plan. Tanah Palestina pun terbagi menjadi tiga: wilayah Arab, wilayah Yahudi, dan status Yerusalem di bawah pengawasan internasional.
12. Partition Plan mendorong kaum Zionis mendeklarasikan berdirinya negara Israel pada 14 Mei 1948. Namun, bagi bangsa Arab, Palestina adalah tanah air mereka sehingga mereka menolak Resolusi nomor 181.
Hingga kini, terlepas dari pengakuan politik dari negara lain, kedudukan Palestina dan Israel tetap tak setara. Itu mengingat secara hukum, status Palestina hingga kini bukan sebuah negara.