BREAKING NEWS: Iran Lancarkan Serangan, Kirim Drone Kamikaze ke Israel

Sebanyak 50 drone dikirim Iran menuju Israel pada Ahad dini hari.

AP/Vahid Salemi
Sebuah rudal penghancur Khaibar dibawa melewati potret Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei. Pada Ahad (14/4/2024) Iran melancarkan serangan ke Israel. (ilustrasi)
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Iran pada Ahad (14/4/2024) dini hari WIB melancarkan serangan ke Israel dengan mengirim puluhan drone seperti dilaporkan Axios dilansir Times of Israel. Sementara Sky News Arab mengutip media Iran mengatakan bahwa sebanyak 50 drone diterbangkan menuju Tel Aviv.

Baca Juga


Sebelumnya, seorang pejabat AS menginformasikan kepada Al Jazeera bahwa ada kemungkinan kuat Iran akan melancarkan serangan ke Israel pada Ahad (14/4/2024). Sementara, Walla News melaporkan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan istrinya telah direlokasi ke suatu tempat yang aman jika perang dengan Iran benar-benar terjadi.

Berdasarkan laporan itu, Netanyahu dan istri 'diungsikan' ke rumah seorang miliarder bernama Simon Falic di Yerusalem. Menurut sumber Walla News, rumah Simon Falic memiliki bunker beton bawah tanah.

Namun, tak lama setelah terkonfirmasinya serangan Iran lewat kiriman drone, Netanyahu mengeluarkan pernyataan resmi lewat rekaman video dengan menegasakan bahwa Israel siap dalam menghadapi skenario apa pun, baik untuk bertahan maupun menyerang.

"Saya meminta warga Israel tetap tenang. Saya meminta Anda untuk mendengarkan perintah dari pusat kontrol. Hari ini kita akan bersatu dan dengan bantuan Tuhan, kita akan menang," kata Netanyahu.

 

 

Pada Jumat (12/4/2024), Presiden AS Joe Biden, memperingatkan Iran agar tidak menyerang Israel di tengah ekspektasi bahwa Teheran akan segera melakukan pembalasan atas pemboman konsulatnya di Damaskus, Suriah, awal bulan ini. "Kami mengabdikan diri untuk membela Israel. Kami akan mendukung Israel. Kami akan membantu membela Israel, dan Iran tidak akan berhasil," kata Biden kepada wartawan saat dia mengakhiri pidato virtualnya di depan kelompok hak-hak sipil dikutip Anadolu.

Ketika ditanya oleh seorang wartawan seberapa besar kemungkinan serangan Iran akan terjadi, Biden mengatakan perkiraannya adalah "lebih cepat daripada nanti."

Eskalasi tersebut terjadi ketika Israel terus melancarkan serangan militer yang mematikan di Jalur Gaza menyusul serangan lintas batas pada awal Oktober 2023 oleh Hamas, yang menewaskan sekitar 1.200 orang. Lebih dari 33.600 warga Palestina telah tewas di Gaza dan lebih dari 75.800 lainnya terluka akibat kehancuran massal dan kekurangan kebutuhan pokok.

Sebelumnya, negara-negara monarki konstitusional di Timur Tengah mengingatkan Amerika Serikat (AS) untuk tidak menggunakan wilayah mereka sebagai pangkalan militer saat melakukan respons terhadap Iran jika Iran melaksanakan serangan balasan ke Israel. Seorang pejabat senior AS mengungkapkan informasi itu kepada Middle East Eye (MEE), Sabtu (13/10/2024).

Di tengah ketegangan yang terus meningkat di kawasan, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Oman, dan Kuwait menimbang ulang detail perjanjian mereka dengan AS terkait izin puluhan ribu tentara AS yang ditempatkan di wilayah mereka. Negara-negara Arab itu saat ini juga mencegah pesawat-pesawat tempur AS terbang di atas udara mereka jika nanti melakukan serangan balasan terhadap Iran.

Diketahui, AS telah puluhan tahun berinvestasi membangun pangkalan-pangkalan militer di kawasan Teluk. Mengingat pangkalan-pangkalan militer itu berlokasi dekat dengan Iran, menjadi strategis bagi militer AS untuk melancarkan serangan ke Iran dari titik-titik tersebut.

Penolakan negara-negara Arab mengakibatkan persiapan AS menjadi kompleks. Apalagi, berdasarkan sumber itu kepada MEE, serangan Iran ke Israel adalah ancaman yang nyata.

"(Penolakan) Itu adalah sebuah kekacauan," kata pejabat senior AS kepada MEE.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler