Iron Dome Pernah Kewalahan Cegat Rudal Hamas, Israel Bakal Keok Lawan Serangan Drone Iran?
Iran tengah melancarkan serangan balasan terhadap Israel.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada Sabtu (13/4/2024), Iran meluncurkan lebih dari 200 drone dan rudal jelajah ke Israel. Tindakan ini merupakan respons terhadap serangan terhadap kedutaan Iran di Suriah awal bulan ini.
Israel mengandalkan sistem pertahanan yang disebut "Iron Dome" untuk menghambat serangan udara masuk ke target vital. Ketika drone Iran melintasi Timur Tengah, kubah besi akan mengadang dalam perjalannya menuju sasaran.
Dilansir Wired, Ahad (14/4/2024), Iron Dome telah beroperasi selama lebih dari satu dekade. Sistem ini terdiri dari setidaknya 10 baterai pertahanan rudal yang didistribusikan secara strategis di seluruh wilayah yang diklaim Israel.
Ketika objek terdeteksi masuk, radar mengirimkan informasi tersebut ke pusat komando dan kendali. Pusat tersebut akan melacak ancaman untuk menilai apakah itu merupakan alarm palsu, dan lokasi target andaikan itu serangan betulan.
Sistem tersebut kemudian menembakkan rudal-rudal pencegat ke arah roket yang masuk yang kemungkinan besar akan menghantam daerah berpenghuni. Iain Boyd, Direktur Pusat Inisiatif Keamanan Nasional di University of Colorado di AS, mengatakan semua proses itu dirancang untuk pertahanan terhadap rudal yang terbang rendah dan bergerak cepat. Hal ini juga membuatnya sangat siap menghadapi serangan drone.
"Drone akan terbang mungkin lebih lambat dibandingkan roket-roket ini, jadi dalam beberapa hal ini merupakan ancaman yang lebih mudah untuk diatasi," kata Boyd.
Segalanya menjadi lebih rumit jika drone-drone terbang sangat rendah, sehingga radar tidak dapat mendeteksinya. Tantangan terbesarnya mungkin terletak pada kuantitasnya.
Israel mempunyai ratusan rudal pencegat, namun Iron Dome masih mungkin kewalahan, seperti yang terjadi pada 7 Oktober ketika Hamas menyerang Israel dengan ribuan rudal. Para pejabat AS mengatakan sejauh ini Iran telah meluncurkan total 150 rudal ke Israel.
Iron Dome telah aktif dalam membelokkan mereka, meskipun seorang anak laki-laki berusia 10 tahun dilaporkan terluka oleh pecahan peluru dari rudal pencegat. Terkenal sebagai garis pertahanan Israel yang terakhir dan bisa dibilang yang terbaik, Iron Dome bukan jaminan keamanan ketika berhadapan dengan serangan Iran.
Iran meluncurkan Unmanned Aerial Vehicles (UAV) yang kemungkinan adalah drone Shahed-136 ke Israel. UAV yang disebut sebagai drone bunuh diri ini relatif mudah untuk diproduksi dan memiliki hulu ledak internal serta dirancang untuk menabrak sasaran.
David Ochmanek, analisis pertahanan senior di lembaga nirlaba RAND Corporation, mengatakan bahwa Shahed-136 sebetulnya tidak sulit dikalahkan. Sebab, drone itu tidak sembunyi-sembunyi, tidak terbang terlalu cepat, dan tidak bermanuver.
"Dalam beberapa hal, mereka seperti sasaran udara," ujar dia.
Kelambatan dan jalur penerbangan yang tetap membuat sistem udara tak berawak (unmanned aerial systems, UAS) harus melakukan perjalanan selama beberapa jam sebelum mencapai tujuan yang diinginkan. Artinya, ada banyak peluang untuk mencegatnya.
"Karena ada begitu banyak indikasi peringatan sebelum UAS, mungkin akan ada banyak pesawat berawak bersayap tetap yang mengamati hal-hal ini, melacak hal-hal ini, dan mungkin mencoba untuk mencegatnya," kata Tom Karako, Direktur Proyek Pertahanan Rudal di Pusat Studi Strategis dan Internasional, sebuah lembaga pemikir kebijakan.
Sebagian dari tugas tersebut jatuh ke tangan militer AS, yang telah mengonfirmasi bahwa mereka telah menembak jatuh drone Iran dalam jumlah yang tidak ditentukan dan akan terus melakukannya. Inggris Raya (UK) mengatakan akan menyediakan cadangan bagi pesawat AS yang dialihkan dari misi mereka saat ini, dan juga akan mencegat UAV-UAV.
Di sisi lain, itu tidak berarti bahwa drone Iran ini bisa dianggap remeh. Ochmanek mengungkapkan drone Shahed memiliki hulu ledak dengan daya ledak tinggi beberapa ratus kilogram. Jika ada yang menabrak sebuah bangunan, maka bangunan tersebut akan hancur.
Persoalan lainnya bagi Iran ialah adalah drone Shahed terbang rendah. Kalaupun punya radar berbasis darat, drone Iran itu tidak akan terdeteksi hingga jaraknya cukup dekat dengan target.
"Alhasil, waktu untuk mengatasinya terbatas," kata Ochmanek.
Sistem pertahanan Israel yang memiliki jangkauan lebih jauh juga telah ikut berperan. Rudal antibalistik Arrow 3 milik Israel dapat mencegah target eksoatmosfer, yaitu di luar angkasa, sementara sistem Arrow 2 memiliki jangkauan yang lebih kecil namun masih dianggap sangat efektif.
Juru bicara militer Israel Daniel Hagari memuji sistem Arrow yang berhasil menghancurkan sebagian besar rudal balistik Iran. Ada juga David’s Sling, yang memiliki jangkauan jauh lebih pendek daripada Arrow tetapi terbukti efektif melawan serangan drone.
Hagari juga mengatakan bahwa Israel akan mengacak sinyal GPS sebagai upaya lebih lanjut untuk menghentikan serangan drone tersebut. Pertanyaannya sekarang adalah seberapa jauh serangan Iran ini akan berlangsung, dan bagaimana sumber daya pertahanan udara Israel bertahan setelah serangan berkelanjutan yang terjadi pada 7 Oktober berbulan-bulan di Gaza?
"Saya pikir itu mungkin bagian dari strategi Iran, karena enam bulan terakhir mungkin telah menghabiskan jumlah pencegat yang tersedia untuk sistem Iron Dome," kata Boyd.
Menurut Boyd, Iran telah melihat sendiri keefektifan serangan Hamas. Dia menduga Iran akan mencoba menggunakan pendekatan yang sama.