Pengamat: Rupiah Melemah tak Dongkrak Kunjungan Wisman ke Bali

Wisatawan domestik, lanjut dia, juga berpotensi melakukan pengereman belanja.

ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
Wisatawan berjalan di dermaga saat akan menaiki kapal cepat di Pelabuhan Sanur, Denpasar, Bali, Jumat (12/4/2024).
Red: Ahmad Fikri Noor

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abdul Manap Pulungan menyebutkan bahwa tren pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak signifikan mempengaruhi peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara di Bali.

Baca Juga


“Karena terkompensasi dengan potensi semakin mahal biaya di hotel, biaya makanan, tiket karena biaya BBM,” kata Abdul saat dihubungi di Denpasar, Bali, Rabu (17/4/2024).

Menurut dia, dalam jangka pendek ini pelemahan nilai tukar rupiah mendorong peningkatan harga karena beberapa komponen kebutuhan pariwisata juga didukung sejumlah produk impor. Selain itu, tren melemahnya nilai tukar rupiah berpotensi meningkatkan biaya untuk tiket transportasi udara karena pengaruh harga BBM avtur.

Sementara itu, wisatawan domestik, lanjut dia, juga berpotensi melakukan pengereman belanja khususnya untuk berwisata karena sejak tahun lalu inflasi yang tinggi dari bahan makanan. Di sisi lain, ia berharap pelaku usaha pariwisata tak langsung menyesuaikan tarif namun perlu dilakukan secara bertahap agar konsumen tidak terkejut.

“Jadi tahapan itu perlu dilakukan secara gradual, tidak perlu langsung eksekusi (kenaikan harga) ke level tertinggi nanti bisa membuat konsumen itu shock,” katanya.

Pariwisata Bali, menurut dia, sudah memiliki nama besar di kalangan pelancong dunia sehingga keramahan dan budaya yang khas harus dipertahankan, selain didukung alam yang menarik.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Rabu ini dibuka turun dipengaruhi oleh data inflasi Indeks Harga Konsumen Amerika Serikat (AS) Maret 2024 yang naik dengan capaian di atas Rp 16 ribu per dolar AS.

Pada awal perdagangan Rabu (17/4/2024) pagi, rupiah tergelincir 76 poin atau 0,47 persen menjadi Rp 16.252 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp 16.176 per dolar AS.

Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menekankan pihaknya selalu berada di pasar untuk menjaga stabilisasi nilai tukar rupiah, di tengah eskalasi konflik global yang terjadi saat ini.

“BI selalu berada di pasar dan kami akan pastikan stabilisasi nilai tukar akan terjaga, kami terus melakukan intervensi baik di spot maupun Non Delivery Forward (NFD)," ujar Perry di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (16/4).

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler