Dampak Perubahan Iklim, Pendapatan Global Bisa Menyusut dalam 25 Tahun ke Depan
Negara termiskin di dunia dinilai akan terkena imbas terbesar dari perubahan iklim.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Studi dari Postdam Institute for Climate Impact Research di Jerman mengeklaim perubahan iklim menurunkan pendapatan global sekurangnya 19 persen dalam 25 tahun ke depan. Negara termisikin dianalisis bakal menerima dampak ekonomi terbesar akibat perubahan iklim.
Studi terebut mencatat dampak perubahan iklim terhadap pendapatan masyarakat di Amerika Serikat (AS) sudah mencapai sekitar 38 triliun dolar AS per tahun pada 2049. Pada 2100, biaya finansial pun bakal mencapai dua kali lipat dari perkiraan studi yang pernah dilakukan sebelumnya.
"Analisis kami menunjukkan bahwa perubahan iklim akan menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar dalam 25 tahun ke depan di hampir semua negara di seluruh dunia, termasuk di negara-negara maju seperti Jerman dan AS, dengan proyeksi rata-rata penurunan pendapatan masing-masing sebesar 11 persen dan Prancis sebesar 13 persen," kata salah satu penulis studi tersebut, Leonie Wenz, seorang ilmuwan dan ekonom iklim, dilansir dari AP, Jumat (19/4/2024).
Penulis Utama studi yang rilis di Nature, Max Kotz menjelaskan, kerusakan ini dibandingkan dengan data dasar tanpa perubahan iklim dan kemudian dibandingkan dengan perkiraan pertumbuhan produk domestik bruto global secara keseluruhan. Sehingga, meskipun secara global berkurang 19 persen dari yang seharusnya terjadi jika tidak ada perubahan iklim, di sebagian besar tempat, pendapatan masih akan tumbuh, hanya saja tidak sebanyak karena suhu yang lebih hangat.
Menurut dia, selama belasan tahun terakhir, para ilmuwan dan pihak-pihak lain telah memfokuskan diri pada cuaca ekstrem seperti gelombang panas, banjir, kekeringan, dan badai sebagai dampak iklim terbesar. Namun, dalam hal dampak finansial, para peneliti menemukan bahwa dampak keseluruhannya masih didorong oleh pemanasan rata-rata dan kenaikan suhu secara keseluruhan.
Studi ini menunjukkan bahwa kerugian ekonomi selama 25 tahun ke depan akan terjadi dengan pengurangan emisi yang hanya menghasilkan perubahan kecil dalam pengurangan pendapatan.
"Namun, pada paruh kedua abad ini, dua kemungkinan masa depan yang berbeda disimulasikan, yang menunjukkan bahwa pengurangan emisi karbon saat ini benar-benar terbayar karena gas-gas yang memerangkap panas akan terakumulasi," kata Kotz.