Dokter Imbau Masyarakat Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

Zat karsinogen yang menumpuk di tubuh dapat menjadi faktor risiko munculnya kanker.

Pixabay
Kanker darah/ilustrasi. Dokter mengimbau masyarakat untuk menghindari paparan zat asing guna mencegah risiko terjadinya penyakit kanker darah.
Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Kariadi, Semarang dr Budi Setiawan mengimbau masyarakat untuk menghindari paparan zat asing guna mencegah risiko terjadinya penyakit kanker darah. Dalam diskusi tentang kanker darah yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin (22/4/2024), Budi mengatakan beberapa zat asing yang bisa terpapar di antaranya seperti benzena, asap rokok, hingga paparan radiasi seperti radiasi nuklir.

Baca Juga


"Kalau paparannya sering, maka dia bisa mengubah sel darahnya menjadi sel ganas," katanya.

Paparan zat asing, kata Budi, juga dapat dihasilkan melalui makanan yang dikonsumsi. Ia menyebut makanan instan, makanan yang mengandung bahan pengawet, serta makanan yang dikemas dengan stirofoam memiliki zat karsinogen, yang dapat memicu terjadinya kanker.

"Zat karsinogen dari makanan itu kalau masuk ke tubuh manusia (akan) menumpuk dalam jangka waktu yang lama, itu juga bisa memicu atau menjadi faktor risiko terjadinya kanker," ujarnya.

Meskipun bukan menjadi penyebab utama, Budi menekankan faktor risiko tersebut dapat benar-benar menyebabkan seseorang terkena kanker darah. Terlebih jika seseorang memiliki kelainan sejak lahir pada sel yang terletak di sumsum tulang, yang menjadi tempat sel darah diproduksi.

Namun, ia menyebut kanker darah bukanlah jenis penyakit yang diturunkan secara genetik.

Untuk itu, Budi menganjurkan masyarakat untuk menjaga kesehatannya, dengan memperhatikan pola makan diri dan keluarga, serta aktivitas fisiknya guna mencegah terjadinya kanker darah.

Selain itu, ia juga mendorong masyarakat untuk melakukan deteksi dini kanker, agar diketahui sejak stadium awal, guna mempermudah proses pengobatannya.

"Kalau kanker itu sudah ditemukan dalam jangka waktu yang lama, atau sudah advance, nanti menyebabkan apa yang disebut sebagai tindakannya hanya paliatif atau suportif saja untuk memperpanjang misalnya waktu hidup dan lain sebagainya," ungkap Budi.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler