Dua Ayat Ini Peringatkan Agar Selalu Waspada Terhadap Yahudi
Yahudi ultra ortodoks menjadi sorotan umat Islam seluruh dunia.
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Yahudi ultra-Ortodoks menjadi sorotan umat Islam seluruh dunia baru-baru ini ketika hendak melakukan ritual penyembelihan Sapi Merah pada permulaan bulan Nisan yang jatuh pada 10 April 2024 lalu. Ritual tersebut adalah langkah awal kaum Yahudi mendirikan Haikal Sulaiman III di atas tanah yanh dijanjikan yakni tepat di Masjidil Aqsa dan Qubbat Ash Shakhrah.
Mengenai kaum Yahudi, Alquran telah memberikan peringatan akan perilakunya. Ada peringatan dalam Surah al-Maidah ayat 11-12 agar berhati-hati terhadap kaum Yahudi karena dalam sejarahnya mereka sering kali ingin mencelakakan Nabi Muhammad saw. Berikut bunyi surah Al Maidah ayat 11-12.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ هَمَّ قَوْمٌ اَنْ يَّبْسُطُوْٓا اِلَيْكُمْ اَيْدِيَهُمْ فَكَفَّ اَيْدِيَهُمْ عَنْكُمْۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗوَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ ࣖ
Yā ayyuhal-lażīna āmanużkurū ni‘matallāhi ‘alaikum iż hamma qaumun ay yabsuṭū ilaikum aidiyahum fa kaffa aidiyahum ‘ankum, wattaqullāh(a), wa ‘alallāhi falyatawakkalil-mu'minūn(a).
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah nikmat Allah (yang dianugerahkan) kepadamu ketika suatu kaum bermaksud hendak menyerangmu dengan tangannya, lalu Dia menahan tangan (mencegah) mereka dari kamu. Bertakwalah kepada Allah dan hanya kepada Allahlah hendaknya orang-orang mukmin itu bertawakal."
وَلَقَدْ اَخَذَ اللّٰهُ مِيْثَاقَ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَۚ وَبَعَثْنَا مِنْهُمُ اثْنَيْ عَشَرَ نَقِيْبًاۗ وَقَالَ اللّٰهُ اِنِّيْ مَعَكُمْ ۗ لَىِٕنْ اَقَمْتُمُ الصَّلٰوةَ وَاٰتَيْتُمُ الزَّكٰوةَ وَاٰمَنْتُمْ بِرُسُلِيْ وَعَزَّرْتُمُوْهُمْ وَاَقْرَضْتُمُ اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا لَّاُكَفِّرَنَّ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَلَاُدْخِلَنَّكُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۚ فَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذٰلِكَ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاۤءَ السَّبِيْلِ
Wa laqad akhażallāhu mīṡāqa banī isrā'īl(a), wa ba‘aṡnā minhumuṡnai ‘asyara naqībā(n), wa qālallāhu innī ma‘akum, la'in aqamtumuṣ-ṣalāta wa ātaitumuz-zakāta wa āmantum birusulī wa ‘azzartumūhum wa aqraḍtumullāha qarḍan ḥasanal la'ukaffiranna ‘ankum sayyi'ātikum wa la'udkhilannakum jannātin tajrī min taḥtihal-anhār(u), faman kafara ba‘da żālika minkum faqad ḍalla sawā'as-sabīl(i).
Artinya: "Sungguh, Allah benar-benar telah mengambil perjanjian dengan Bani Israil dan Kami telah mengangkat 12 orang pemimpin di antara mereka. Allah berfirman, “Aku bersamamu. Sungguh, jika kamu mendirikan salat, menunaikan zakat, beriman kepada rasul-rasul-Ku dan membantu mereka, serta kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, pasti akan Aku hapus kesalahan-kesalahanmu dan akan Aku masukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Maka, siapa yang kufur di antaramu setelah itu, sungguh dia telah tersesat dari jalan yang lurus.”
Prof Muhammad Amin Suma dalam bukunya, Tafsir Al-Amin Bedah Surah Al-Maidah, menjelaskan tentang sebab turunnya dua ayat tersebut. Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa suatu ketika Rasulullah SAW keluar rumah bersama Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah, dan Abdurrahman bin Auf menuju Ka'ab bin Al-Asyraf dan Yahudi Bani Nadhir guna menagih uang sebagai pembayaran diyat (denda) atas musibah yang menimpa dan harus dibayar oleh Ka'ab atas nama Yahudi Bani Nadhir.
Orang Yahudi berkata, "Oh, ya, silakan duduk dulu tuan, kami akan sajikan makanan dan akan kami berikan (bayar) apa yang tuan mintakan dari kami."
Rasulullah kemudian duduk. Tiba-tiba Hayy bin Akhtab berbisik kepada temannya (tanpa sepengetahuan Rasulullah), "Kalian tidak akan bisa melihat dia (Nabi) lebih dekat daripada sekarang ini untuk selamanya. Maka timpakanlah batu itu ke kepalanya, dan bunuhlah dia supaya kalian tidak akan menghadapi kesulitan lagi."
Mereka (Yahudi) lalu mengangkat batu penggiling gandum yang sangat besar untuk ditimpakan kepada Rasulullah. Akan tetapi (di luar dugaan), seketika itu pula Allah menahan tangan mereka, sampai Malaikat Jibril datang kepada Nabi Muhammad untuk segera meminta Nabi bangkit dari tempat duduknya. Lalu, Allah menurunkan ayat ini yang pada intinya memerintahkan kepada Rasulullah supaya mensyukuri nikmat-Nya. (Diriwayatkan Ibnu Jarir dari 'Ikrimah dan Yazid bin Abi Zaid).
Namun kata, Prof Suma, ada riwayat lain yang menjelaskan tentang asbabun nuzul ayat tersebut. Turunnya ayat 11 yakni ketika Rasulullah berada di kebun kurma dan diintai oleh Banu Tsa'labah dan Banu Muharib pada peperangan ketujuh (Perang Dzat Al'Riqa'). Mereka mengutus orang Arab untuk membunuh Nabi saat sedang tidur.
Orang Arab itu kemudian mengambil pedang Nabi untuk dihunuskan sambil menggertaknya: "Siapa yang menghalangi kamu dari pedang yang ada di tanganku ini ya Muhammad?" Rasulullah tidak menjawabnya. Menurut Prof Suma, ayat 11 ini turun sebagai perintah bertawakkal kepada Allah. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Qatadah).
Prof Suma menegaskan agar selalu waspada terhadap oknun-oknum Yahudi mengacu kepada dua ayat tersebut. Karena bukan tidak mungkin mereka menyimpan niat jahat tidak hanya pada zaman Nabi tetapi juga pada sekarang di pada masa akan datang.