Perubahan Iklim Pengaruhi Budidaya Kentang di Korea Selatan

Studi membandingkan kentang musim semi dan panas terhadap perubahan iklim.

Republika/Edwin Dwi Putranto
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Potato Research menyajikan hasil penelitian tentang respons kentang musim semi dan musim panas terhadap perubahan iklim di Korea Selatan.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Potato Research menyajikan hasil penelitian tentang respons kentang musim semi dan musim panas terhadap perubahan iklim di Korea Selatan. Studi yang dilakukan oleh para ilmuwan dari Pusat Penelitian Lanskap Pertanian Leibniz (ZALF) dan Brandenburg University of Technology Cottbus ini menyelidiki dampak pemanasan global pada tanaman kentang dan menyajikan strategi adaptasi.

Baca Juga


"Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa efek pemupukan CO2 dapat mengimbangi efek negatif dari kenaikan suhu dan meningkatkan hasil panen kentang musim semi hingga 60 persen jika waktu tanam disesuaikan," kata penulis utama penelitian dan ilmuwan di ZALF, Dr Yean-Uk Kim.

Efek pemupukan CO2 menggambarkan fenomena bahwa konsentrasi CO2 yang lebih tinggi di atmosfer dapat meningkatkan kinerja fotosintesis tanaman, yang mengarah pada pertumbuhan yang lebih cepat dan hasil panen yang lebih tinggi.

Penelitian ini juga menunjukkan, penanaman lebih awal direkomendasikan untuk kentang musim semi dalam kondisi perubahan iklim yang ringan. Dalam kondisi perubahan iklim yang lebih parah, para peneliti menyarankan untuk mengembangkan varietas yang tahan panas sebagai strategi adaptasi. Untuk kentang musim panas, fokusnya adalah pada peningkatan toleransi terhadap suhu tinggi, terlepas dari skenario iklim.

"Hasil penelitian kami penting untuk mengembangkan strategi ketahanan pangan jangka panjang dan praktik pertanian berkelanjutan di wilayah ini. Ini adalah contoh bagaimana kombinasi model pertanian dan iklim dapat berkontribusi pada pengembangan strategi adaptasi regional yang efektif," kata Kim seperti dilansir Phys, Senin (22/4/2024).

Sebagai langkah selanjutnya, para peneliti sedang menyelidiki bagaimana peningkatan kejadian cuaca ekstrem, yang tidak termasuk dalam penelitian saat ini, akan mempengaruhi produksi pertanian untuk lebih memahami kesulitan yang dihadapi petani akibat perubahan iklim dan memberikan strategi adaptasi yang lebih efektif.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler