Kisah Lansia yang Selalu Baca Surat Al Ikhlas dalam Sholat, Bolehkah?

Terdapat hadits yang menunjukkan tingginya kedudukan Surat Al-Ikhlas.

REPUBLIKA
Tenang dan khusuk ketika sholat (ilustrasi)
Rep: Umar Mukhtar Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada salah satu pertanyaan yang banyak dilontarkan oleh umat Islam, khususnya kalangan lansia dan buta huruf. Mereka memiliki kesulitan menghafal surat-surat dalam Alquran sehingga kalau sholat hanya membaca Al Fatihah dan untuk surat setelahnya membaca surat Al Ikhlas.

Anggota Komisi Fatwa Dar Al Ifta Mesir Amr Al Wardhani memberi penjelasan tentang hal tersebut yang berangkat dari pertanyaan seorang wanita berusia 75 tahun dan tidak bisa membaca maupun menulis. Karena itu, dia sepanjang hidupnya hanya sekadar membaca Surat Al Fatihah dan Al Ikhlas dalam sholat.

Lantas apakah sholat tersebut diterima? Al Wardhani menjelaskan sholatnya tentu sah, dan insya Allah diterima Allah SWT. Kemudian, dia memaparkan sebuah kisah seorang sahabat yang selalu membaca Surat Al Ikhlas dalam sholatnya.

Suatu kali, Nabi Muhammad SAW mengutus seorang lelaki dalam suatu ekspedisi rahasia. Ketika lelaki tersebut membaca untuk para sahabatnya dalam shalat mereka, dia selalu membaca Surat Al Ikhlas. Ketika mereka pulang dari perjalanan itu, para sahabat menyampaikan hal itu kepada Nabi Muhammad SAW.

Lalu beliau SAW bersabda, "Tanyakanlah kepadanya untuk apa dia melakukan itu?" Mereka pun bertanya kepadanya, dan lelaki itu menjawab, "Karena di dalamnya mengandung sifat Ar-Rahman, dan saya senang membacanya." Nabi Muhammad SAW kemudian berkata, "Beritahukan padanya bahwa Allah mencintainya."

Baca Juga


Berdasarkan kisah dalam hadits tersebut...

Berdasarkan kisah dalam hadits tersebut, Al Wardhani menjelaskan di situ Nabi SAW tidak bertanya kepada para sahabat apakah dia sudah menghafal yang lain atau belum, dan dia tidak meminta lelaki itu untuk mengubahnya.

"Karena itu, teruslah membaca Al-Fatihah dan bacalah 'Qul Huwallahu Ahad', insya Allah sholatmu diterima," kata Al Wardhani.

Dikisahkan juga dalam hadits riwayat Abu Said al-Khudri, tentang keutamaan Surat Al Ikhlas. Berikut haditsnya:

عن أبي سعيد الخدري أن رجلا سمع رجلا يقرأ: قل هو الله أحد يرددها، فلما أصبح جاء إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فذكر ذلك له، وكأن الرجل يَتَقالُّها، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «والذي نفسي بيده إنها لتعدل ثلث القرآن».

Diriwayatkan dari Abu Said Al Khudri RA, bahwa ada seorang lelaki yang mendengar temannya membaca 'Qul huwallahu ahad' (Surat Al Ikhlas), dengan mengulang-ulangnya. Pagi harinya, lelaki tersebut melaporkan kepada Rasulullah SAW dengan nada yang meremehkan. Kemudian Nabi SAW bersabda, 'Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, Surat tersebut (Al-Ikhlas) itu setara sepertiga Alquran." (HR. Bukhari)

Hadits tersebut menunjukkan tingginya kedudukan Surat Al-Ikhlas meski memiliki sedikit ayat. Surat ini memiliki posisi yang besar di dalam Alquran. Ini karena Surat Al Ikhlas mengandung tiga jenis tauhid, yaitu Tauhid Uluhiyah tentang keyakinan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah.

Kedua, Tauhid Rububiyah bahwa tidak ada yang menciptakan, mengurus dan mengatur alam semesta ini selain Allah SWT. Ketiga, Tauhid Ubudiyah, yaitu tidak ada yang berhak mendapatkan pengabdian selain Allah SWT sehingga teranglah bahwa surat Al-Ikhlas setara dengan membaca sepertiga Alquran.

Mubaligh Mesir Syekh Ishom al-Ruby...

Mubaligh Mesir Syekh Ishom al-Ruby menjelaskan Allahusshomad yang artinya 'Allah tempat meminta segala sesuatu', bermakna bahwa Allah adalah Tuhan yang sempurna yang tidak bergantung pada siapa pun. Manusialah yang membutuhkan Dia. "Setiap manusia membutuhkan Dia, tetapi Dia tidak membutuhkan siapapun," ujarnya.

Kata 'ashshomad' pada ayat tersebut mengandung makna bahwa Allah tidak bergantung pada siapapun atau bahkan semua manusia. Meski semua manusia membutuhkan Allah, tetapi Dia tidak membutuhkan siapapun. Manusia itu fakir, miskin, lemah, hina. Tidak punya daya kekuatan. Dan Allah adalah sandaran para hamba-Nya.

Cukuplah ayat tersebut untuk menyadarkan manusia bahwa mereka itu lemah dan tidak berdaya. Sebab, mereka membutuhkan Allah untuk bisa berdaya, dan memohon kepada-Nya agar permintaan mereka terkabul.

Kata ashshomad berarti dituju. Mayoritas pakar bahasa dan tafsir memahami arti ashshomad bahwa Allah adalah Dzat yang kepada-Nya mengarah semua harapan makhluk. Dia yang didambakan dalam pemenuhan kebutuhan makhluk serta penanggulangan kesulitan mereka.

Pada ayat kedua ini, kata Allah diulang sekali lagi. Ini menandakan, siapa yang tidak memiliki sifat ash-shamadiyah atau dengan kata lain tidak menjadi tumpuan atau sadaran secara penuh, maka tidak wajar dipertuhankan.

Disebutkan pula dalam riwayat hadits...

Disebutkan pula dalam riwayat hadits, bahwa Rasulullah SAW mendengar salah seorang sahabatnya berdoa dengan mengucapkan:

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِأَنِّي أَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ اللهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

'Allahumma inni as-aluka bi anni asyhadu annaka antallahu laa ilaha illa antal ahadus shomadullazi lam yalid wa lam yulad wa lam yakullahu kufuwan ahadun.'

Rasulullah SAW kemudian berkata, "Kamu telah memohon kepada Allah dengan nama (agung) yang mana Dia akan memberikan karunia-Nya bila diminta dengan nama tersebut, dan Dia akan mengabulkan seseorang yang berdoa memanggil-Nya dengan nama tersebut." (HR Tirmizi, Abu Dawud, Nasa'i dan Ibnu Majah)

Sumber: Masrawy

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler