Turki: Untuk Urusan HAM, AS Terapkan Standar Ganda

Laporan tahunan hak asasi manusia AS gagal mencerminkan serangan Israel ke Gaza.

EPA-EFE/MOHAMMED SABER
Bangunan-bangunan hancur saat warga Palestina kembali ke Khan Younis setelah militer Israel menarik pasukan dari Jalur Gaza selatan, 22 April 2024.
Rep: Lintar Satria Red: Setyanavidita livicansera

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki mengatakan kebijakan hak asasi manusia Amerika Serikat (AS) standar ganda. Ankara mengatakan laporan tahunan hak asasi manusia AS gagal mencerminkan serangan Israel ke Gaza.

Baca Juga


Dalam pernyataannya Rabu (24/4/2024) Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan mereka sangat prihatin laporan AS tidak sepenuhnya "mencerminkan serangan tidak manusiawi yang sedang berlangsung di Gaza." Kementerian mengatakan laporan itu dipersiapkan dengan "motif politis, jauh dari imparsialitas dan objektivitas."

Turki pun mendorong Washington untuk menahan "kebijakan standar ganda pada hak asasi manusia." Turki juga menyinggung hubungan AS dengan milisi YPG Kurdi Suriah yang Ankara anggap sebagai organisasi teroris.

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan pasukan Israel sudah membunuh lebih dari 34 ribu orang Palestina dalam serangan ke Gaza. Kantong pemukiman itu juga berubah menjadi gurun dan terjadi kelangkaan pangan parah yang dikhawatirkan mengakibatkan kelaparan akibat pembatasan yang diberlakukan Israel.

Israel mengklaim serangan itu merupakan respon serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober 2023. Menurut Israel dalam serangan mendadak tersebut Hamas membunuh 1.200 orang dan menculik sekitar 250 lainnya.

Turki mengutuk operasi militer Israel di Gaza dan menyerukan gencatan senjata. Ankara juga mengkritik negara-negara Barat yang memberikan bantuan tanpa syarat ke Israel.

Dalam laporannya Departemen Luar Negeri AS mengatakan perang Israel di Gaza memberi "dampak negatif signifikan" situasi hak asasi manusia di Israel. Pada Senin (22/4/2024) lalu Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken membantah Washington memiliki standar ganda dalam catatan Israel. 

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler