Unjuk Rasa Pro Palestina di Kampus, Gedung Putih Buka Dialog
Para mahasiswa berunjuk rasa dengan mendirikan kemah untuk solidaritas.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Gedung Putih, kantor presiden Amerika Serikat (AS), ketika merespons mengatakan aksi protes pro-Palestina di sejumlah universitas di Amerika Serikat mengatakan banyak kalangan masyarakat sedang mengalami 'masa yang amat sulit'. "Kami tahu, saat ini adalah masa yang amat menyakitkan untuk berbagai komunitas," kata juru bicara Gedung Putih, Jean-Pierre, saat konferensi pers pada Rabu (24/4/2024).
"Pejabat staf Gedung Putih saat ini ikut dalam berbagai rapat secara rutin dengan kelompok-kelompok tersebut," kata dia, menambahkan. Ratusan mahasiswa di berbagai universitas negeri dan swasta di seantero AS tengah menggelar protes untuk menyatakan dukungan bagi Palestina.
Para mahasiswa berunjuk rasa dengan mendirikan kemah sebagai solidaritas pada aksi mahasiswa Universitas Columbia di New York, yang sudah terlebih dahulu membangun "perkemahan solidaritas Gaza" sejak pekan lalu. Pada saat yang sama, Rektor Universitas Columbia Minouche Shafik harus menghadapi anggota Kongres AS dalam rapat dengar pendapat perihal antisemitisme.
Shafik kemudian mengizinkan Kepolisian New York City (NYPD) asuk ke area kampus untuk membubarkan perkemahan itu. Lebih dari 100 orang ditahan, sementara 15 mahasiswa diskors. Meski demikian, banyak mahasiswa lainnya lantas melanjutkan perkemahan untuk solidaritas tersebut.
Otoritas sejumlah universitas lainnya mengikuti langkah Universitas Columbia, yaitu mengizinkan pihak kepolisian membubarkan unjuk rasa pro Palestina oleh mahasiswa mereka. Pada Senin (22/4/2024), sejumlah133 mahasiswa dan dosen yang berunjuk rasa di Universitas New York ditangkap polisi.
Selain itu, 47 mahasiswa pengunjuk rasa di Universitas Yale di Connecticut diamankan polisi kampus, dan tiga mahasiswa Politeknik Humboldt California ditangkap polisi. Para mahasiswa yang berunjuk rasa menuntut almamater mereka mengecam agresi militer Israel di Jalur Gaza yang didukung AS.
Para mahasiswa juga mendesak almamater memutus investasi dengan perusahaan-perusahaan yang terkait dengan Israel, serta menghentikan kerja sama studi luar negeri dengan universitas di Israel. Sedikitnya 34 ribu warga Palestina tewas dan lebih dari 77 ribu lainnya terluka akibat serangan Israel yang terus berlanjut di Jalur Gaza hingga saat ini, menurut otoritas setempat.