Media Israel Ungkap Usulan Kesepakatan Baru Pertukaran Tahanan dengan Hamas

Usulan baru dilaporkan berisi tuntutan agar Hamas membebaskan lebih dari 20 warga.

AP Photo/Jose Luis Magana
Mahasiswa Universitas George Washington berunjuk rasa di kampus selama protes pro-Palestina atas perang Israel-Hamas pada Kamis, 25 April 2024, di Washington.
Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Israel mengungkapkan usulan kesepakatan baru pertukaran tahanan dengan Hamas serta gencatan senjata di Jalur Gaza, Kamis (25/4/2024).

Kabinet keamanan Israel bersidang untuk mengembangkan inisiatif baru menyangkut pembebasan sandera yang ditahan di Gaza, menurut Channel 13 Israel.

Negosiator Israel kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan kabinet memaparkan sebuah rencana baru yang akan disampaikan kepada Hamas oleh para mediator.

Usulan baru ini, yang belum diumumkan secara resmi, dilaporkan berisi tuntutan agar Hamas membebaskan lebih dari 20 warga Israel yang mereka tawan. Kesepakatan itu mungkin tidak mencakup pembebasan 40 sandera yang diminta Israel pada minggu-minggu sebelumnya.

Perjanjian yang diusulkan itu disebutkan akan memerlukan penerapan gencatan senjata selama beberapa minggu di Jalur Gaza, juga penarikan pasukan Israel dari wilayah kantung selama periode tersebut.

Sebagai imbalan, rincian rasio pertukaran atau yang disebut "kunci" kesepakatan, yaitu jumlah tahanan Palestina yang akan dibebaskan untuk setiap tahanan Israel di Gaza, akan ditentukan kemudian.

Namun, saluran televisi itu mengatakan Israel di bawah usulan baru tersebut tidak akan terikat untuk menahan diri dari peperangan di kemudian hari, dan tidak diperlukan jaminan internasional dalam hal ini.

Media itu menduga Mesir sedang bersiap untuk mendorong tercapainya kesepakatan tersebut. Utusan Mesir akan tiba di Israel pada Jumat untuk membahas perinciannya.

Belum ada pernyataan resmi dari Kairo mengenai laporan media tersebut. Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat sedang berusaha mencapai kesepakatan pertukaran sandera dan gencatan senjata di Gaza ketika jeda pertama pertempuran hanya berlangsung seminggu pada akhir November tahun lalu.

Dengan adanya jeda itu, bantuan masuk secara terbatas ke Jalur Gaza. Selain itu, ada pertukaran sandera Israel dengan tahanan Palestina yang kebanyakan wanita dan anak-anak dari penjara Israel.

Hamas diperkirakan menyandera lebih dari 130 warga Israel, sementara Tel Aviv menahan lebih dari 9.100 warga Palestina di penjaranya. Hamas menuntut penghentian serangan mematikan Israel di Jalur Gaza dan penarikan pasukan Israel dari wilayah tersebut bagi kesepakatan pertukaran sandera-tahanan dengan Tel Aviv.

Baca Juga


sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler