Lima Stasiun Pendeteksi Tsunami Diaktifkan Pascaerupsi Gunung Ruang

BMKG meminta semua pihak meningkatkan kewaspadaan.

ANTARA FOTO/Basri Marzuki
Suasana Kota Palu yang terpapar gas Sulfur Dioksida (SO2) dengan status berbahaya hingga sangat berbahaya di Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (23/4/2024). Kantor Stasiun Pemantauan Atmosfer Global Lore Lindu Bariri Sulteng menyebutkan berdasarkan data pemantauan kualitas udara per 22 April 2024 terdapat lebih dari 301 mikrogram per meter kubik SO2 yang terpantau masuk wilayah Sulteng akibat erupsi Gunung Ruang di Sulut melalui sirkulasi angin dan sebarannya mencakup seluruh Sulteng dengan status sangat berbahaya di wilayah Kota Palu dan Donggala.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan sebanyak lima stasiun pendeteksi tsunami difungsikan secara efektif setelah erupsi fase kedua Gunung Ruang, di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara, terjadi pada Selasa (30/4/2024). Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, mengatakan, kelima stasiun tersebut memiliki sumber daya teknologi berupa peralatan Tide Gauge, dan Automatik Weather System Maritim.

Baca Juga


InaTNT merupakan sebuah sistem yang mengintegrasikan berbagai data observasi muka laut sekaligus dilengkapi algoritma detektor yang mampu mendeteksi anomali muka laut, yang merupakan fitur penting dalam deteksi dini tsunami.

"Jadi dari hasil pemantauan sepanjang hari ini menunjukkan bahwa erupsi Gunung Ruang tidak mengakibatkan perubahan signifikan muka air laut," kata Daryono.

Meskipun hasil pemantauan muka laut masih normal, ia menyatakan, semua pihak mulai dari pemerintah, otoritas penanggulangan bencana dan masyarakat harus tetap meningkatkan kewaspadaan mengacu pada standar operasional prosedur kedaruratan yang telah disepakati bersama sebelumnya. Hal demikian dikarenakan berdasarkan data sejarah BMKG letusan Gunung Ruang pernah menimbulkan dampak tsunami setinggi 25 meter dan menewaskan sekitar 400 orang warga Kepulauan Sitaro pada tahun 1871.

Menurut dia, tsunami yang mengakibatkan ratusan orang meninggal dunia itu terjadi akibat adanya fenomena flank collapse atau runtuhnya sebagian atau keseluruhan badan Gunung Ruang. Fenomena tersebut patut diwaspadai berpotensi terulang seiring aktivitas vulkanologi Gunung Ruang yang kembali meningkat dalam beberapa pekan terakhir.

Sebelumnya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) resmi menetapkan status Gunung Ruang naik menjadi level IV (Awas) dari sebelumnya berada pada level III, Siaga.

Peningkatan status tersebut dilakukan setelah gunung stratovolcano itu kembali meletus dan mengeluarkan kolom erupsi mencapai 2.000 meter dari atas puncak yang disertai suara gemuruh dan gempa yang dirasakan secara terus menerus, Selasa pagi pukul 02.35 WITA.

Bahkan, tim Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) di Pulau Ruang, Kabupaten Kepulauan Sitaro mencatat Gunung Ruang kembali mengalami tiga kali erupsi pada periode pengamatan mulai dari pukul 12.00 - 18.00 WITA. Ketiga letusan tersebut melontarkan material erupsi dengan warna asap kelabu dan hitam setinggi 800-1.500 meter. 

mk PVMBG merekomendasikan untuk segera mengevakuasi warga yang berada pada radius enam-tujuh kilometer dari pusat kawah aktif Gunung Ruang (Tagulandang dan sekitarnya) yang sama sekali tidak boleh ada aktivitas apapun. Khususnya bagi mereka yang bermukim di dekat kawasan pantai yang berpotensi terdampak lontaran batuan pijar, luruhan awan panas (surge), dan potensi tsunami akibat runtuhnya sebagian tubuh gunung ke dalam laut.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler