Pasar Angkutan Umum Jabodetabek Besar, Tapi Capaian Baru 20 Persen
Transportasi massal berbasis listrik pun bisa didorong agar seiringan turunkan emisi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kementerian Perhubungan melalui Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) menetapkan quick win atau percepatan pengembangan rute angkutan umum berbasis jalan khususnya JRC, feeder, LRT Jabodebek dan Transjabodetabek serta mendorong pemanfaatan transportasi berbasis listrik.
Langkah ini untuk menurunkan emisi dan polusi yang ditimbulkan akibat tingginya penggunaan kendaraan pribadi. "Potensi pasar angkutan umum sangat besar dengan adanya lebih dari 75 juta pergerakan di Jabodetabek sedangkan capaian modal share pada 2023 baru mencapai 20 persen dari 60 persen total pergerakan di Jabodetabek," ujar Plt. Sekretaris BPTJ Hananto Prakoso dikutip dari siaran persnya, Rabu (1/5/2024).
BPTJ telah mengidentifikasi angkutan umum massal saat ini hanya berpotensi melayani 7,97 juta atau 25,18 persen penduduk Jabodetabek jika dihitung 500 meter dari titik simpul. Di wilayah Jakarta, potensi untuk melayani angkutan umum massal mencapai 7,3 juta jiwa atau lebih dari 65 persen penduduk Jakarta.
"Sementara untuk wilayah Bodetabek cakupannya kurang dari lima persen atau hanya 656 ribu jiwa saja," kata Hananto.
Ia menilai, layanan bus listrik tentunya perlu dikembangkan dan diperluas cakupannya untuk menunjang mobilitas dari wilayah Bodetabek menuju kota Jakarta dan sebaliknya.
Untuk mendorong program akselerasi tersebut, kata Hananto, BPTJ secara bertahap membangun kolaborasi, komitmen, dan komunikasi dalam menyiapkan angkutan umum berbasis listrik yang nyaman, berkelanjutan baik dengan pihak perbankan, developer, serta kementerian/lembaga terkait
Direktur Konservasi Energi Kementerian ESDM Hendra Iswahyudi menyampaikan sektor transportasi berperan penting dalam menghemat energi selain sektor industri dan rumah tangga. Kementerian ESDM sangat mengapresiasi dan mendukung mendukung elektrifikasi kendaraan menjadi pendukung pengembangan reduksi emisi.
Sebagai gambaran sektor transportasi pada tahun 2022 memiliki konsumsi 429 MBOE. "Terdapat potensi penghematan energi 15-35 persen dengan strategi implementasi pada angkutan umum (BRT/ MRT/ LRT) dengan melakukan fuel switching dari BBM ke gas, hidrogen, serta listrik." ujar Hendra.
Ekosistem angkutan umum berbasis listrik di wilayah Jabodetabek sebenarnya sudah dimulai sejak beberapa tahun yang lalu. Mayasari Bakti misalnya telah mengoperasikan armada bus listrik sejak tahun 2022 dan kini telah memiliki 52 unit armada bus listrik serta 15 unit charging station.
Sinarmas Land, salah satu developer pemukiman di Jabodetabek juga telah mengoperasikan satu unit bus listrik BSD Link di sekitar kawasan BSD City untuk mendukung pengurangan penggunaan kendaraan pribadi di wilayah BSD.