Gelombang Panas Asia Diprediksi tak akan 'Menular' ke Indonesia, Ini Alasannya

Beberapa negara di Asia masih terdampak gelombang panas.

EPA-EFE/RUNGROJ YONGRIT
Pejalan kaki menggunakan payung untuk melindungi sinar matahari saat terjadi gelombang panas (ilustrasi). Indonesia diprediksi tak akan mengalami gelombang panas seperti beberapa negara Asia.
Rep: Antara Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan gelombang suhu panas atau heatwave yang melanda kawasan Asia Selatan dalam sepekan terakhir tidak berdampak terhadap suhu di Sumatra Utara (Sumut) maupun di wilayah Indonesia lainnya. Untuk itu, masyarakat diimbau untuk tidak panik menyikapi informasi yang beredar mengenai gelombang panas tersebut.

Baca Juga


"Kami sarankan untuk mengonsumsi cukup air putih dan buah agar tidak mengalami dehidrasi dan mengurangi kegiatan di luar ruangan," kata Kepala BBMKG Wilayah I Medan Hendro Nugroho, Kamis (2/5/2024).

Secara karakteristik, lanjutnya, fenomena suhu panas yang terjadi di wilayah Sumut merupakan fenomena akibat dari adanya gerak semu matahari yang merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun. Sehingga potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya.

Semenjak pekan lalu hingga hari ini, kata dia, hampir sebagian besar negara-negara di Asia Selatan masih terdampak gelombang panas. Badan Meteorologi di negara-negara Asia seperti Bangladesh, Myanmar, India, China, Thailand, dan Laos, telah melaporkan kejadian suhu panas lebih dari 40 derajat Celsius yang telah berlangsung beberapa hari belakangan, dengan rekor-rekor baru suhu maksimum di wilayah mereka.

Suatu kondisi dikatakan terjadi gelombang panas, kata dia, apabila memenuhi dua hal yakni secara karakteristik geografis dan secara indikator statistik suhu kejadian. Gelombang panas umumnya terjadi pada wilayah yang terletak pada lintang menengah hingga lintang tinggi, di belahan bumi bagian utara maupun di belahan bumi bagian selatan, pada wilayah geografis yang memiliki atau berdekatan dengan massa daratan dengan luasan yang besar, atau wilayah kontinental atau sub-kontinental.

Secara indikator statistik suhu kejadian (menurut Badan Meteorologi Dunia WMO), gelombang panas didefinisikan pada periode cuaca dengan kenaikan suhu panas yang tidak biasa. Kondisi ini berlangsung setidaknya lima hari berturut-turut atau lebih dengan kenaikan suhu lima derajat Celsius dari rata rata klimatologis suhu maksimum di suatu lokasi.

Sedangkan wilayah Indonesia, menurut dia, tidak mengalami gelombang panas, karena berada di wilayah ekuator dengan kondisi geografis kepulauan dan di kelilingi perairan yang luas. Begitu pula dengan Sumut yang diapit oleh Samudera Hindia Barat Sumatra dan Selat Malaka.

"Dalam sepekan terakhir, suhu maksimum di wilayah Sumut berkisar antara 34-37 derajat Celsius, yaitu sedikit di atas normal klimatologi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya," kata Hendro.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler