Rusia Masukkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam Daftar Buronan
Selain Zelenskyy, mantan presiden Ukraina Petro Poroshenko juga masuk daftar buronan.
REPUBLIKA.CO.ID, MOSCOW -- Kementerian Luar Negeri Rusia pada Sabtu (4/5/2024) memasukkan nama Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam daftar orang yang dicari berdasarkan sebuah pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) nasional. Itu terjadi setelah 800 hari perang Rusia-Ukraina berlangsung.
Edaran tentang penangkapan Zelenskyy muncul dalam daftar buronan Rusia dengan peringatan "dicari berdasarkan pasal KUHP". Hanya saja, pasalnya tidak disebutkan.
Kementerian Luar Negeri Rusia juga mengeluarkan edaran bagi pendahulu Zelenskyy, Petro Poroshenko, yang masuk dalam daftar orang yang dicari berdasarkan pasal tertentu dalam KUHP Rusia. Zelenskyy telah menduduki jabatan Presiden Ukraina sejak 2019, sedangkan Poroshenko memimpin negara itu pada 2014-2019.
Sementara itu, pada 25 April 2024, Zelenskyy mengatakan Ukraina harus mendorong Rusia kembali ke wilayahnya. Itu disebutnya menjadi syarat untuk mencapai "keamanan nyata".
"Jika kita membutuhkan keamanan yang nyata, jika kita benar-benar ingin memiliki keamanan yang kuat selama berhari-hari, bertahun-tahun, puluhan tahun demi masa depan keamanan kawasan kita, kita perlu menempatkannya dan memindahkannya (Rusia) ke wilayahnya," kata Zelenskyy dalam sebuah wawancara dengan Fox News.
Zelenskyy mengatakan Ukraina akan menghadapi "tantangan besar" dengan Rusia jika dialog yang berbasis retorika dan ketidakpastian di Barat terus berlanjut.
Mengomentari anggota parlemen Amerika Serikat yang menolak paket bantuan senilai 60,8 miliar dolar AS (Rp984 triliun) untuk Ukraina yang ditandatangani pada 24 April oleh Presiden AS Joe Biden, Zelenskyy mengatakan bahwa Washington harus tahu bahwa dana tersebut akan disalurkan pertama ke sektor pertahanan AS.
"Kami terutama membutuhkan senjata, ini bukan soal uang. Ini adalah pertanyaan tentang senjata. Malahan, mereka harus tahu bahwa produksinya akan mendapat uang puluhan miliar, lapangan kerja, pajak. Semuanya akan berada di Amerika Serikat," katanya.
Sebagian dana tersebut, lanjut Zelenskyy, juga akan disalurkan ke negara-negara Eropa lainnya, meski jumlahnya tidak besar. Zelenskyy juga mengatakan bahwa negaranya akan bekerja sama dengan presiden AS mana pun, apa pun hasil pemilu presiden Amerika akhir tahun ini.
"Saya berharap dia (Donald Trump) tidak menentang Ukraina, saya harap ini... tentu saja, ada perbedaan pandangan mengenai beberapa hal, dalam beberapa detail, tetapi jika kita memiliki pandangan dan nilai-nilai yang sama, tentu saja kita dapat bekerja sama," katanya.