Bertemu Menlu Iran dan Saudi, Retno Marsudi Bahas Isu Palestina

Retno ingatkan perlunya kesatuan OKI untuk cegah kekejaman di Gaza

Antara/Kemlu RI
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi (kiri) menyampaikan keterangan pers bersama Menlu Turki Hakan Fidan (kanan) di Ankara, Turki, Rabu (1/5/2024).
Rep: Kamran Dikarma Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi melakukan pertemuan dengan Menlu Iran Hossein Amirabdollahian dan Menlu Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan di sela-sela perhelatan KTT Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Banjul, Gambia, Sabtu (4/5/2024). Dalam pertemuan itu, mereka membahas perkembangan isu Palestina.


“Mendiskusikan situasi di Palestina dan Timur Tengah bersama Menlu Amirabdollahian (Banjul, 4/5). Menggarisbawahi pentingnya deeskalasi dan menciptakan perdamaian serta stabilitas di kawasan. Perlunya kesatuan posisi OKI untuk mencegah kekejaman lebih lanjut di Gaza juga dibahas,” tulis Retno lewat akun X resminya, Ahad (5/5/2024).

Retno juga bertemu dengan Menlu Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan. “Senang bertemu dengan Menlu Faisal bin Farhan di Banjul. Mendiskusikan upaya menghimpun dukungan dari negara-negara lain untuk mengakui (negara) Palestina,” ungkap Retno di akun X-nya.

Di sela-sela KTT OKI, Retno juga sempat melakukan pertemuan dengan Menlu Qatar Soltan bin Saad Al-Muraikhi. Pertemuan itu pun dimanfaatkan untuk membahas perkembangan situasi di Gaza dan Palestina.

Saat berbicara di KTT OKI, Retno mengingatkan negara-negara anggota tentang Inisiatif Perdamaian Arab. Inisiatif tersebut menyatakan bahwa perdamaian dengan Israel hanya mungkin terjadi jika Israel mengakhiri pendudukannya atas Palestina. “Keputusan tersebut memberikan pesan yang kuat kepada Israel: tanpa kemerdekaan bagi Palestina, tidak akan ada hubungan diplomatik. Pesan dan keputusan itu harus dipertahankan,” ujar Retno, dikutip dalam keterangan yang dirilis Kementerian Luar Negeri RI.

Menlu RI kemudian mengangkat tentang kekejaman yang masih berlangsung di Gaza. “Selama tujuh bulan terakhir, kita telah menyaksikan kekejaman terburuk dalam sejarah modern. Lebih dari 34 ribu warga Palestina dibunuh oleh Israel yang merupakan genosida. Bantuan kemanusiaan selalu terhambat. Ancaman untuk menyerang Rafah terus berlanjut. Keanggotaan Palestina di PBB terus diblokir,” ucapnya.

Retno mengatakan, dalam situasi demikian, OKI harus bersatu membela keadilan dan kemanusiaan bagi rakyat Palestina. Dia meminta perhatian OKI tak terpecah dan tetap fokus bersatu dalam membantu Palestina. Selain melanjutkan pengiriman bantuan ke Gaza, Retno mengajak negara-negara anggota OKI mempertahankan dukungan terhadap Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).

“Oleh karena itu, Jaring Pengaman Keuangan Islam Islamic Financial Safety Net) di OKI harus segera diaktifkan,” ujar Retno.

Menlu juga meminta OKI terus mendorong gencatan senjata segera dan permanen di Gaza. Dia menekankan, penghentian pertempuran bakal menyetop bertambahnya angka korban jiwa dan meringankan penderitaan kemanusiaan. Di sisi lain, hal itu akan menciptakan lingkungan kondusif bagi negosiasi yang adil menuju solusi dua negara.

Terakhir, Retno meminta OKI berperan mencegah eskalasi lebih lanjut. “Kita perlu fokus pada penanganan bencana kemanusiaan di Palestina dan menahan diri dari konflik terbuka. Kita harus menjamin stabilitas kawasan dan dunia. Persatuan OKI harus berkontribusi pada perdamaian, bukan memperburuk krisis,” ujar Menlu.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler