Kesal dengan Rencana Investigasi Dugaan Sajaegi, Army: Korsel Bukan Apa-Apa tanpa BTS

Agensi BTS, Hybe, diduga melakukan manipulasi tangga lagu pada 2015.

Dok. MAMA/Mnet
BTS menerima penghargaan Artist of the Year di MAMA Awards 2018. Agensi BTS, Hybe, diduga melakukan sajaegi pada 2015.
Rep: Umi Nur Fadhilah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Rencana pemerintah Korea Selatan untuk menyelidiki dugaan praktik manipulasi tangga lagu (music chart) oleh agensi BTS, Hybe, telah menuai kritik tajam dari para penggemar BTS yang dikenal sebagai Army. Melalui platform media sosial, para penggemar mengungkapkan ketidakpuasan mereka terhadap langkah tersebut.

Tagar "Korea Selatan meminta maaf kepada BTS" pun menjadi trending di media sosial X (dulunya bernama Twitter). Salah satu penggemar mengecam Korea Selatan dengan mengatakan, "Anda memalukan Korea Selatan. Korea Selatan bukan apa-apa tanpa BTS. BTS pantas mendapatkan banyak cinta."

Baca Juga



Kritik yang tajam juga terdengar dalam tweet lain. "Tidak ada yang lebih rendah daripada melemparkan orang-orang luar biasa ini ke bawah saat mereka benar-benar mengabdi pada negaranya. Korea Selatan Minta Maaf Kepada BTS. BTS Punya Army," tulis penggemar, dilansir Hindustan Times, Selasa (7/5/2024).

Reaksi negatif terhadap tindakan pemerintah juga dinyatakan melalui retorika yang mengisyaratkan konsekuensi yang mungkin terjadi. Menyoroti bahwa BTS telah sukses sejak awal, sebuah cicitan di X menyebut karma akan membalas perlakuan mereka.

Penggemar menyatakan dukungan mereka dengan tagar "Kami Berjuang. Kami Bersamamu, BTS. Bersama BTS Hingga Akhir." Menurut laporan dari Korea JoongAng Daily, Kementerian Kebudayaan Korea Selatan telah menerima petisi untuk menyelidiki klaim bahwa Hybe terlibat dalam praktik manipulasi tangga lagu dan membayar pihak yang memerasnya pada 2017.

Hanya saja, ada juga petisi yang meminta pencabutan Order of Cultural Merit dari BTS, jika tuduhan tersebut terbukti benar. Order of Cultural Merit sebelumnya diberikan oleh Menteri Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata.

Pada 2017, Hybe dilaporkan menjadi korban pemerasan oleh seorang individu bernama Tuan Lee beserta tiga rekannya. Hybe diduga bekerja sama dengan mereka untuk menggulirkan "strategi pemasaran ilegal" saat mempromosikan album BTS pada 2015.

Dalam dokumen pengadilan, kasusnya disebut dengan istilah "pemasaran sajaegi", mengacu pada kesepakatan yang diduga dilakukan oleh Lee dengan BigHit Entertainment, perusahaan induk Hybe. Lee disebut mengancam akan membongkar praktik sajaegi tersebut jika tidak diberi uang tutup mulut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler