Tiga Tipe Manusia Penuntut Ilmu. Kalian yang Mana?
Imam Al Ghazali menyebutkan ada tiga tipe manusia dalam menuntut ilmu.
Tiga Tipe Manusia Penuntut Ilmu. Kalian yang Mana?
.
SAJADA.ID--Sahabat yang dirahmati Allah SWT. Allah memerintahkan manusia untuk menuntut ilmu. Sebab, dengan ilmu itu maka seseorang akan dijauhkan dari kebodohan. Selain itu, Allah SWT akan mengangkat derajat mereka yang berilmu pada kedudukan mulia (alim).
Dalam hal menuntut ilmu, menurut Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Bidayatul Hidayah, manusia itu terdiri dari tiga jenis. Ketiga jenis manusia itu adalah:
1. Orang yang mencari ilmu untuk dijadikan bekal menuju akhirat. Ia menuntut ilmu semata-mata hanya demi mendapatkan keridhaan Allah dan kepentingan di negeri akhirat. Ia jelas termasuk orang-orang yang beruntung.
2. Orang yang mencari ilmu untuk dijadikan sarana bagi kepentingan kehidupan dunia yang bersifat sementara, yakni untuk meraih kejayaan, kedudukan dan harta benda. Ia adalah orang berilmu yang di dalam hati merasa dirinya hebat, padahal tujuannya sesat. Orang seperti ini amat meng- khawatirkan di akhir hidupnya.
Jika ia keburu meninggal dunia sebelum sempat bertobat, maka dikhawatirkan ia meninggal dunia dalam keadaan su'ul khatimah (akhir yang buruk), dan hal itu jelas sangat berbahaya.
Tapi jika ia sempat bertobat sebelum keburu meninggal dunia, lalu ia segera mengamalkan ilmunya serta memperbaiki kesalahan-kesalahannya di masa lalu, maka ia akan tergabung ke dalam golongan orang-orang yang beruntung. Sebab sesungguhnya orang yang bertobat dari dosa itu seperti orang yang tidak punya dosa sama-sekali.
3. Orang yang dirinya telah dikuasai oleh setan. la menjadikan ilmunya sebagai sarana untuk memperbanyak harta benda, meraih kedudukan yang bisa ia bangga-banggakan, dan menghimpun banyak pengikut yang bisa ia manfaatkan. Ia menggunakan ilmunya di setiap kesempatan demi meraih kepentingan duniawi.
Meski demikian, ia begitu yakin mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah, karena ia merasa dirinya seorang yang alim (ulama). Padahal itu hanya dari segi penampilan atau ucapan, sedang lahir dan batinnya sangat rakus terhadap urusan dunia. Jelas ia termasuk orang-orang yang binasa, dan juga termasuk orang-orang dungu yang tertipu. Sebab, tidak ada harapan ia mau bertobat, karena ia mengira dirinya termasuk orang-orang yang telah berbuat kebaikan. Ia lupa pada firman Allah Ta'ala,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوْا لِمَ تَقُوْلُوْنَ مَا لَا تَفْعَلُوْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kalian mengatakan sesuatu yang tidak kalian kerjakan?" (ash- Shaff: 2).
Dan ia adalah termasuk orang-orang yang disinggung dalam sabda Rasulullah SAW,
نا مِنْ غَيْرِ الدَّجَّالِ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ مِنَ الدَّجَّالِ،فَقِيلَ: وَمَا هُوَيَا رَسُولَ اللَّهِ؟ فَقَالَ: عُلَمَاءُ السُّوْء
"Aku sangat mengkhawatirkan kalian terhadap Dajjal yang bukan dajjal. Salah seorang sahabat bertanya, "Siapa ia, wahai Rasulullah?' Beliau menjawab, "Ulama yang buruk."
Hal itu dikarenakan tujuan dajjal memang jelas, yaitu ingin menyesatkan manusia. Sementara ulama yang buruk, kendati lisan dan kata-katanya mengajak manusia berpaling dari dunia, namun ia juga mengajak mereka kepada dunia melalui perbuatan dan tingkah lakunya (suri tauladannya).
Betapapun, bahasa sikap itu lebih fasih daripada bahasa lisan. Sebab, salah satu karakter manusia itu lebih cenderung menyaksikan tindakan nyata daripada memperhatikan atau mengikuti kata-kata.Kerusakan yang ditimbulkan oleh orang yang tertipu dengan amal-amalnya ini lebih banyak daripada kebaikan yang ia lakukan hanya dengan kata-katanya. Sebab, orang bodoh itu berani rakus terhadap dunia gara-gara orang pintar.
Jadi, ilmu orang pintarlah yang menjadi penyebab hamba-hamba Allah yang awam berani berbuat durhaka kepada-Nya. Jiwanya yang sebenarnya bodoh, terus menipu angan-angan serta harapannya. Ia menganggap, bahwa dirinya lebih baik daripada kebanyakan hamba Allah Ta'ala.
Oleh karena itu, lanjut Imam Al-Ghazali, "wahai para penuntut ilmu, jadilah kalian termasuk dalam golongan yang pertama. Jangan sampai kalian termasuk dalam golongan yang kedua, sebab banyak orang yang keburu meninggal dunia sebelum sempat bertobat. Akibatnya, ia sangat merugi. Dan jangan sekali-kali kalian termasuk ke dalam golongan yang ketiga, karena kalian pasti akan mengalami kehancuran. Sehingga sulit diharapkan kalian akan beruntung atau menjadi baik setelahnya.
"Jika engkau bertanya, "Apa yang menjadi proses awal datangnya petunjuk, supaya aku bisa mengetahuinya?"
Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya proses awal secara lahir maupun batin ialah ketakwaan. Akibat yang menjanjikan kebaikan harus dengan jalan takwa, dan petunjuk itu hanya milik orang-orang yang bertakwa.
Arti takwa ialah mengikuti perintah-perintah Allah swt. dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Dan hal itu terbagi menjadi dua bagian.Di sini secara umum dan ringkas kami ingin mengemukakan kepada Anda pengetahuan seputar takwa secara lahiriah, dalam dua bagian, kemudian selengkapnya kami akan susulkan bagian yang ketiga. Dan hanya kepada Allah-lah kita memohon pertolongan.
(Syahruddin El Fikri/sajada.id)